PERSEPSI MAULID NABI YANG MULIA

PERSEPSI  MAULID NABI YANG MULIA

Pembahasan ke-136

Banyak  orang  keliru  dalam  memahami  subtansi  maulid  Nabi  yang kami propagandakan dan  kami  anjurkan  untuk  menyelenggarakannya.  Mereka mendefinisikannya  secara keliru yang  kemudian  di  atasnya dibangun banyak  persoalan-persoalan  panjang dan  perdebatan perdebatan  yang  luas  yang  membuat  mereka  menyia-nyiakan  waktu  mereka dan para pembaca.  Persoalan  dan  perdebatan  ini  tidak  bernilai  sama  sekali  laksana  debu  yang beterbangan.  Karena  dibangun  di  atas  asumsi-asumsi  yang  keliru.  Kami  telah  banyak menulis  tema  menyangkut  maulid  Nabi  dan  mengupasnya  berkali-kali  di  radio  dan forum-forum  terbuka  dengan  uraian  yang  membuat  jelas  konsep  kami  tentang  maulid.   

Kami  katakan  dan  sebelumnya  telah  kami  kemukakan  bahwa  berkumpul dalam  rangka memperingati  maulid  Nabi  Saw  hanyalah  sebuah  tradisi  dan  sama  sekali  bukanlah  sebuah ibadah.  Inilah  yang  saya  yakini  dan  saya  patuh  kepada  Allah dengannya. Silahkan, siapapun  bisa  memberikan interpretasi.  Karena  seseorang  akan  dibenarkan  atas  apa  yang dikatakannya tentang  dirinya  dan  substansi  keyakinannya,  bukan  orang  lain.  Dalam  setiap acara,  pertemuan dan  perayaan  saya  berkata  bahwa  pertemuan dengan format  demikian adalah  sekedar  tradisi  yang  tidak  memiliki  unsur  ibadah  sama  sekali.  Setelah  penjelasan ini  masihkah  tersisa  keingkaran  orang  yang  ingkar  dan  bantahan  orang yang  membantah?

Namun  musibah  paling  besar  sesungguhnya  adalah  ketidak mengertian.  Karena  itu  Imam Syafi’i  berkata  :

ماجادلت عالما الا غلبته ولا جادلت جاهلا الا غلبني

”Saya  tidak  pernah  berdebat dengan orang alim kecuali saya mampu mengalahkannya dan  saya  tidak  pernah  berdebat  dengan  orang  bodoh kecuali ia  mampu  mengalahkanku.” 

Pelajar dengan kapasitas  keilmuan  terendah  sekalipun akan mengetahui  perbedaan  antara tradisi  dan  ibadah  (ritual)  dan  substansi  keduanya.  Jika  seseorang  berkata,  “Ini  (perayaan) adalah  ritual  yang  disyari’atkan  beserta  tata  caranya,”  maka saya akan bertanya kepadanya,  “Manakah  dalilnya  ?”  Dan  jika  ia  berkata,  “Ini  adalah  tradisi,”  maka  saya akan  berkata  kepadanya,  “Berbuatlah  sesukamu.”  Karena  yang  berbahaya  dan malapetaka  yang  kami  khawatirkan  adalah  jika  tindakan  bid’ah  yang  tidak disyari’atkan namun  hanya  ijtihad  manusia,  diberi  bungkus  ibadah.  Hal  ini  adalah  pandangan  yang tidak  kami  setujui  dan  justru  kami  perangi  dan  kami  peringatkan.   

Walhasil, berkumpul untuk  memperingati  maulid  Nabi  hanyalah  urusan  tradisi.  Namun  ia adalah  salah  satu  tradisi  positif  yang  mengandung  banyak  manfaat  untuk  masyarakat karena  memang  satu-persatu  dari  manfaat  itu  dianjurkan  oleh  syara’.  Salah  satu  gambaran keliru  yang  ada  dalam  benak  sebagian  orang  adalah  mereka  mengira  bahwa  kami mengajak  menyelenggarakan  peringatan  maulid  Nabi  pada  malam  tertentu,  tidak sepanjang  tahun.  Si  pelupa  ini  tidak  tahu  bahwa  beberapa  perkumpulan  diselenggarakan dalam  rangka  memperingati  maulid  Nabi  di  Makkah  dan  di  Madinah  dalam  format  luar biasa  pada  setiap tahun.  Dan  setiap  momen  yang  terjadi  dimana  penyelenggara  merasa bersuka  cita.  Hampir  setiap  siang  dan  malam  di  Makkah  dan  di  Madinah  diselenggarakan perkumpulan  guna  memperingati  maulid  Nabi.

Fakta  ini  diketahui  sebagian  orang  dan  sebagian  lagi  tidak  mengetahuinya.  Siapapun  yang mengatakan  bahwa  kami  mengingat  Nabi  hanya  pada  satu  malam  saja  dan  melupakan beliau  selama  359  malam  maka ia telah melakukan  dosa  besar  dan  kebohongan  yang nyata.  Tempat-tempat  diadakannya  maulid  Nabi  ini  terselenggara  berkat  karunia  Allah pada sepanjang  malam  setiap  tahun.  Nyaris  tidak  lewat  siang  atau  malam kecuali di  sana sini  diselenggarakan  maulid Nabi. Kami serukan  bahwa  mengkhususkan  satu  malam  saja untuk  memperingati  maulid  Nabi  adalah  tindakan  yang  sangat  kurang  patut terhadap Rasulullah.  Karena  itu,  alhamdulillah  orang-orang  menyambut  seruan  ini  dengan antusias.  Siapapun  yang  menganggap  bahwa  kami  mengkhususkan  penyelenggaraan perayaan  maulid  Nabi  di Madinah Munawwarah  maka  ia  tidak  tahu  atau  pura-pura  tidak tahu  akan  fakta  sesungguhnya.  Yang  bisa  kami  lakukan  hanyalah  berdo’a  kepada  Allah untuknya  agar  Allah  menerangi  mata  hatinya  dan  menyingkirkan  tirai  kebodohan darinya.  Agar  ia  bisa  melihat  bahwa  perayaan  maulid  Nabi  Saw  tidak  hanya diselenggarakan  di  Madinah  dan  bukan  hanya  pada  malam  tertentu  pada  bulan  tertentu. Tetapi  merata  di  setiap  zaman  dan  tempat.

وليس يصح فى الاذهان شيء #
اذااحتاج النهار الى دليل

Sungguh sama sekali tidak masuk akal #
Jika terang benderangnya siang perlu bukti

Walhasil,  kami  tidak  mengatakan  bahwa  merayakan  maulid  Nabi  pada  malam  tertentu  itu sunnah. Bahkan orang  yang berkeyakinan demikian  telah  melakukan  bid’ah  dalam agama. Sebab mengingat  dan  memiliki  keterikatan batin  dengan  beliau  harus  ada  dalam setiap waktu dan memenuhi seluruh  ruang  hati.  Memang  betul  bahwa  pada  bulan kelahiran  beliau  ada  faktor  pendorong  yang  lebih  kuat  untuk  menggugah  orang-orang  dan membuat  mereka  berkumpul  serta  emosi  mereka  juga  meluap-luap  akibat  keterikatan waktu.  Akhirnya,  situasi  kini  membawa  memori  mereka  ke  masa  lalu  dan mengalihkan mereka  dari  hal  yang  kasat  mata ke  hal  yang  ghaib.    Pertemuan-pertemuan  dalam rangka merayakan  maulid ini adalah wahana  besar  untuk  mengajak  mendekatkan  diri  kepada Allah.  Ia  adalah kesempatan emas  yang  layak  untuk  tidak  dilewatkan  begitu  saja.  Bahkan wajib  bagi  para  da’i  dan  ulama  untuk  mengingatkan  ummat  akan  budi  pekerti,  etika, aktivitas,  perjalanan  hidup,  muamalah  dan  ibadah  beliau  dan  menasehati  serta membimbing  mereka menuju kebaikan  dan  kesuksesan  dan  memperingatkan  mereka akan  bencana,  bid’ah,  keburukan  dan  fitnah. 

Berkat  karunia  Allah  kami selalu menganjurkan  hal  di  atas,  berpartisipasi  dan  berkata kepada  orang-orang,  “Tujuan  dari  perkumpulan  ini  bukan  sekedar  berkumpul-kumpul dan  formalitas  saja.  Tapi  perkumpulan  ini  adalah  media  yang  positif  untuk  meraih  target mulia,  yaitu  ini  dan  itu.  Barangsiapa  yang  tidak  mendapatkan  apapun  dari  agamanya maka  ia  terhalang  dari  kebaikan-kebaikan  maulid  yang  mulia.  Kami  tidak  ingin  berbicara panjang  lebar  dengan  menyebutkan  dalil-dalil  dan  justifikasi  yang  kami  gali  dari  tema  ini. Karena  kami  telah  menyusun  sebuah  risalah  khusus  tentang  maulid  Nabi  yang  bernama “Seputar  Perayaan  Maulid  Nabi  Yang  Mulia.”  Hanya  saja  kami  akan  menyebutkan  secara khusus  kisah  dimerdekakannya  Tsuwaibah. Sebab banyak  polemik  seputar  kisah  ini.”


Wallohu a'lam bishshowaab


_________________________________________________________
MAFAHIM YAJIBU ANTUSOHHA ( Paham-paham Yang Harus Diluruskan )
Karya Imam  Ahlussunnah  Wal  Jamaah  Abad  21

Prof.  DR.  Sayyid  Muhammad  bin  Alwi  Al-Maliki  Al-Hasani



0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post