Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani Pembahasan ke-102
وسمى القلب قلبا لتقلبه في الأمور كلها أو لأنه وضع في الجسد مقلوبا كقمع السكر وهو لحم صنوبرى الشكل أي شكله على شكل الصنوبر قاعدته في وسط الصدر ورأسه إلى الجانب الأيسر (ووقتها) في الوضوء (عند غسل أول جزء من الوجه) هكذا عبارة بعضهم بتقديم لفظ غسل على لفظ أول وهو مرضى الشرقاوى نظرا إلى أن الواجب مقارنتها للفعل وعبارة بعضهم بالعكس وهو مرضى البيجورى نظرا إلى أن المعتبر قرنها بأول الغسل. قال البيجوري ومما يعتبر قرن النية به ما يجب غسله من شعوره ولو الشعرالمسترسل لا ما يندب غسله كباطن لحية كشيفة ولو قص الشعر الذي نوى معه لم تجب النية عند الشعر الباقى
Dan dinamakan hati itu dengan qolbu, karena berubah-ubahnya [dinamisnya] hati di dalam berbagai urusan seluruhnya.
atau karena sesungguhnya hati diletakkan di dalam tubuh secara terbalik, seperti gumpalan gula.
Dan hati adalah daging [darah beku] yang menyerupai nanas bentuknya, yakni bentuk hati mendekati kemiripan dengan bentuk nanas.
Pangkal hati ada di tengah dada, dan pucuknya mengarah ke sisi dada sebelah kiri.
(Dan waktu niat) di dalam wudhu adalah (ketika membasuh bagian yang pertama kali [tersentuh] dari wajah).
Begitulah redaksional sebagian Ulama Fiqih, dengan mendahulukan lafazh ghaslu atas lafazh awwaL yaitu redaksional yang direstui oleh Syekh AsySyarqowiy, dengan pertimbangan mengenai bahwa hal yang wajib adalah membarengi niat dengan pelaksanaan.
Sedangkan redaksional sebagian Ulama lain adalah dengan sebaliknya [mendahulukan Iafazh awwal atas Iafazh ghaslu], yaitu redaksional yang direstui oleh Syekh Al-Baijuriy, dengan pertimbangan mengenai bahwa hal yang diperhitungkan adalah membarengkan niat dengan awal basuhan.
Syekh Al-Baijuriy berkata: ”Dan diantara bagian wajah yang diperhitungkan pembarengan niat dengan awal membasuhnya adalah [awal basuhan] pada bagian yang diwajibkan membasuhnya, yaitu bulu-bulu wajah walaupun berupa bulu yang terurai.
Bukan [awal basuhan] pada bagian wajah yang disunnahkan membasuhnya, contohnya seperti bagian dalam jenggot yang lebat.
Dan seandainya seseorang menggunting bulu wajah yang ia sudah niat [berwudhu] bersamaan dengan [membasuh]-nya, maka tidak waiib niat saat [membasuh] sisa rambut [bulu wajah] yang lain,
وسمى القلب قلبا لتقلبه في الأمور كلها أو لأنه وضع في الجسد مقلوبا كقمع السكر وهو لحم صنوبرى الشكل أي شكله على شكل الصنوبر قاعدته في وسط الصدر ورأسه إلى الجانب الأيسر (ووقتها) في الوضوء (عند غسل أول جزء من الوجه) هكذا عبارة بعضهم بتقديم لفظ غسل على لفظ أول وهو مرضى الشرقاوى نظرا إلى أن الواجب مقارنتها للفعل وعبارة بعضهم بالعكس وهو مرضى البيجورى نظرا إلى أن المعتبر قرنها بأول الغسل. قال البيجوري ومما يعتبر قرن النية به ما يجب غسله من شعوره ولو الشعرالمسترسل لا ما يندب غسله كباطن لحية كشيفة ولو قص الشعر الذي نوى معه لم تجب النية عند الشعر الباقى
Dan dinamakan hati itu dengan qolbu, karena berubah-ubahnya [dinamisnya] hati di dalam berbagai urusan seluruhnya.
atau karena sesungguhnya hati diletakkan di dalam tubuh secara terbalik, seperti gumpalan gula.
Dan hati adalah daging [darah beku] yang menyerupai nanas bentuknya, yakni bentuk hati mendekati kemiripan dengan bentuk nanas.
Pangkal hati ada di tengah dada, dan pucuknya mengarah ke sisi dada sebelah kiri.
(Dan waktu niat) di dalam wudhu adalah (ketika membasuh bagian yang pertama kali [tersentuh] dari wajah).
Begitulah redaksional sebagian Ulama Fiqih, dengan mendahulukan lafazh ghaslu atas lafazh awwaL yaitu redaksional yang direstui oleh Syekh AsySyarqowiy, dengan pertimbangan mengenai bahwa hal yang wajib adalah membarengi niat dengan pelaksanaan.
Sedangkan redaksional sebagian Ulama lain adalah dengan sebaliknya [mendahulukan Iafazh awwal atas Iafazh ghaslu], yaitu redaksional yang direstui oleh Syekh Al-Baijuriy, dengan pertimbangan mengenai bahwa hal yang diperhitungkan adalah membarengkan niat dengan awal basuhan.
Syekh Al-Baijuriy berkata: ”Dan diantara bagian wajah yang diperhitungkan pembarengan niat dengan awal membasuhnya adalah [awal basuhan] pada bagian yang diwajibkan membasuhnya, yaitu bulu-bulu wajah walaupun berupa bulu yang terurai.
Bukan [awal basuhan] pada bagian wajah yang disunnahkan membasuhnya, contohnya seperti bagian dalam jenggot yang lebat.
Dan seandainya seseorang menggunting bulu wajah yang ia sudah niat [berwudhu] bersamaan dengan [membasuh]-nya, maka tidak waiib niat saat [membasuh] sisa rambut [bulu wajah] yang lain,
Wallohu a'lam bishshowaab
_______________________________________
Karya Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al-Bantani Asy-syafi'i
Diterjemahkan oleh :Zaenal Arifin Yahya
Post a Comment