Memilih Lafadz Dzikir

Memilih Lafadz Dzikir

Banyak sekali lafaz atau kata dan kalimat dzikir, kata dasarnya kebanyakan bersumber dari hadis-hadis Rasulullah saw. Lafaz-lafaz itu banyak yang berdiri sendiri, banyak pula yang digabung menjadi satu dan kadang ditambah dengan kata-kata yang searah.

Sedangkan susunan kata demi kata, tidak diajarkan Rasulullah saw kecuali untuk sedikit lafaz seperti ﺮﺒﻛﺃ ﷲﺍ ،ﷲ ﺪﻤﳊﺍ ،ﷲﺍ ﻥﺎﺤﺒﺳ , ini diajarkan berurutan, sedangkan urutan yang panjang seperti yang dikenal sekarang dengan wirid, hizb dan ratib tertentu, semuanya disusun oleh masing-masing ulama. Ratib Haddad, disusun oleh Habib al-Haddad. Ratib Attas, disusun oleh Habib al-Attas, hizb Nawawi disusun oleh Imam al-Nawawi dan seterusnya.

Ketika ulama menyusun kata demi kata dan kalimat demi kalimat, maka unsur makna sangat diperhatikan, dan unsur tujuan juga sangat dipertimbangkan. Wal hasil, tidak ada masalah dalam hukum mengamalkan wirid dan hizb tertentu yang sudah dikenal dan disusun oleh ulama yang memang diakui kredibilitasnya seperti yang disebutkan di atas.

Sedangkan bagi kebanyakan ummat Islam, dari sekian banyak lafaz dzikir, kata yang paling banyak diucapkan adalah kata yang secara batin mempunyai ikatan emosional. Artinya, ketika menyebutkan lafaz tertentu si orang yang berdzikir ini merasakan sesuatu kedamaian dan kenikmatan tersendiri, berbeda ketika dia menyebutkan asma dan lafaz yang lain. Sebagai contoh sederhana, ada orang yang senang menyebutkan lafaz ya Latif, ada yang senangnya justru ya Rahman, atau ya Rahim atau ya Aziz atau ya Majid.

Dalam memilih, baik satu lafaz dan kelimat tertentu maupun menyusunnya dalam kumpulan, unsur yang memainkan peranan penting adalah:

Makna,

Tujuan dan

Keserasian susunan lafaz demi lafaz.

Karenanya tidak salah jika masing-masing orang atau sekelompok orang senang dengan lafaz atau wirid tertentu, sementara yang lainnya senang dan memilih lafaz dan wirid yang lain. Wal hasil, tidak ada persyaratan dan kewajiban untuk mengikuti bentuk wirid tertentu kecuali sunnah untuk mengikuti bentuk yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Dengan demikian, maka tidak salah jika ada orang yang terkesan, asyik, khusu’ dan sangat tersentuh dengan dzikir tertentu, yang berbeda dengan orang lain. Kunci semua itu ada pada pemahaman makna yang terkandung dari lafaz yang didzikirkan.

Sepertinya, kita ingin dzikir yang kita lakukan itu menyentuh kalbu kita dan berdampak pada pribadi kita, baik hati, pikiran maupun gerakan. Jika itu yang kita harapkan dari setiap kali kita berdzikir, maka selain memahami
faktor-faktor yang sudah dijelaskan di atas, pengetahuan kita tentang Allah pun harus lebih disempurnakan, khususnya tentang sifat-sifat Allah. Selain itu, faktor pahala dzikir yang dijanjikan Rasulullah saw dapat juga menjadi motivasi bagi kita untuk memperbanyak dzikir dengan lafadz-lafadz pilihan dalam setiap kesempatan.



_____________________________________
40 Hadis Keutamaan Dzikir & Berdzikir
Abdurrahman bin Muhammad bin Ali al-Habsyi
Ahmad Lutfi Fathullah Mughni


0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post