MEMELIHARA PENINGGALAN NABI DENGAN PENEGASAN SURAT DARI RAJA FAHD BIN ABDUL ‘AZIZ

MEMELIHARA   PENINGGALAN   NABI   DENGAN   PENEGASAN SURAT   DARI   RAJA  FAHD   BIN   ABDUL   ‘AZIZ
Di  sini  ada  sikap  agung yang berhak dicatat karena  menjunjung  amanah  dan  faktor sejarah.  Yaitu  ketika  raja  Fahd  ibnu  Abdil  Aziz  melihat  desain  grafis  pembangunan  dan perluasan  masjid  Quba’  dan  melihat  bahwa  ciri-ciri  masjid  sekarang  yang  kuno  akan hilang  dalam  rencana  perluasan  maka  beliau  -semoga  Allah  memberi  taufik  kepadanya- memberi  instruksi  untuk  membatalkan  desain  tersebut dan menyiapkan  desain  baru  yang tetap  mempertahankan  mimbar,  mihrab  dan  ciri-ciri  kuno  sekiranya  perluasan  terjadi pada  dua  sisi  masjid  dan  area  belakang  agar  kaum  muslimin  dari  generasi  ke  generasi mengetahui lokasi-lokasi  asli dan peninggalan -peninggalan  otentik  Nabi  Saw.  Raja berkata,  “Salah  satu  hal  positif  adalah  kita  menambah  bangunan  masjid-masjid  Allah  dan bukan  melenyapkannya.” 

Ide  luhur  dari  pelayan  dua  tanah  suci  ini  memberikan  pengaruh  yang  sangat  dalam  pada jiwa kita di samping mengindikasikan  kepedulian  menjaga  dan  mempertahankan  symbolsimbol  warisan  Islam. Surat  kabar  Saudi  telah menerbitkan secara  spesifik  wawancara dengan  raja  pada  edisi  Sabtu  17  Shafar  1405  H  seperti  surat  kabar  Al-Madinah dan AnNadwah.


DEFINISI  BERKUMPUL DALAM PERAYAAN

Tradisi  yang  berlaku  dalam  masyarakat  kita  adalah  berkumpul  untuk  mengenang sejumlah  peristiwa  bersejarah  seperti  kelahiran  Nabi  Muhammad,  peringatan  Isra’  dan Mi’raj,  malam  Nishfu  Sya’ban,  hijrah  ke  Madinah,  peringatan  Nuzulul  Qur’an  dan  perang Badar.Dalam  pandangan kami aktivitas ini adalah tradisi  yang  tidak  memiliki  relasi dengan  agama,  yang  berarti  tidak perlu  dikategorikan  sebagai  hal  yang  disyri’atkan  atau disunnahkan.  Sebagaimana  ia  tidak  bertentangan  dengan  salah  satu  prinsip  agama. Karena  yang  berbahaya  adalah  meyakini disyari’atkannya  sesuatu  yang  tidak disyari’atkan.  Menurut saya tradisi-tradisi  ini  tidak  boleh  dikatakan  lebih  dari  sesuatu yang  direstui  atau  tidak  direstui  syara’.  Saya  kira  pandangan  ini  adalah  pandangan  yang disepakati.   

Sebagian orang mengklaim  bahwa  momen-momen  dimana  orang-orang  berkumpul memperingatinya  tidak  sesuai  dengan  waktu  yang  telah  ditentukan  dan  disepakati. Ia berkata, “Masyarakat  terbiasa berkumpul  pada  malam tanggal 27  untuk  mengenang peristiwa  Isra’ Mi’raj dan pada malam tanggal 12 Rabiul  Awwal untuk mengenang kelahiran Nabi Muhammad Saw padahal  para  ulama  berbeda  pendapat  dalam menentukan  tanggal  kedua  momen  ini dengan tepat.” Menurut saya  perbedaan  dalam menentukan  waktu  tidak  memiliki  pengaruh. Karena  kami  tidak  meyakini disyari’atkannya  berkumpul  pada  waktu  tertentu.  Masalah  ini  hanyalah  persoalan  tradisi sebagaimana  telah  kami  jelaskan.   

Sedang  yang  penting  bagi  kami  adalah  memanfaatkan  kesempatan dan momen berkumpulnya orang banyak  untuk  mengarahkannya  kepada  hal  yang  positif  dan di malam ini masyarakat  dalam  jumlah besar  berkumpul.  Baik  mereka  keliru  dalam menentukan  waktu  atau  benar.  Karena  berkumpulnya  mereka  ini  untuk  mengingat  Allah dan  mengungkapkan  rasa  cinta  kepada  Rasulullah  sudah  cukup  untuk  mengharap  rahmat dan  karunia Allah. Saya memiliki  keyakinan  sepenuhnya  bahwa  berkumpulnya  banyak orang  sepanjang  dilakukan  karena  Allah  dan  berada  dalam  jalan  Allah maka akan diterima  oleh-Nya meskipun mereka  keliru  dalam  menentukan  waktu.

Untuk menjelaskan persoalan  ini  saya  akan  membuat  perumpamaan  dengan  seseorang yang  menyebarkan  undangan  resepsi  pada  hari  yang  telah  ditentukan  lalu  sebagian undangan  datang  bukan  pada  waktu yang telah  ditentukan itu  karena  mengira waktu undangan  adalah  pada  hari  di  mana  mereka  datang.  Apakah  anda  kira  pihak  yang mengundang  akan  mengusir  dan  menolak  mereka  dengan  kasar  sambil berkata, “Kembalilah dan pergilah  kalian  dari  saya,  karena  hari  ini  bukanlah  waktu  resepsi  di mana  saya  memberikan  undangan  dan menentukan waktunya  untuk  kalian,”  atau ia akan menyambut  mereka  dengan  baik,  menyampaikan  terima  kasih  atas  kedatangan  mereka, membukakan  pintu  untuk  mereka,  dan  memohon  mereka  untuk masuk lalu meminta mereka  untuk  datang  kembali  pada  waktu yang telah ditentukan?  Sikap  kedua  inilah yang saya bayangkan  dan  yang  pantas  dengan  karunia  dan  kemurahan  Allah.   

Ketika  kami  berkumpul  dalam rangka memperingati Isra  Mi’raj,  maulid Nabi atau peringatan  bersejarah  apapun  maka  yang  terpenting  bukanlah  menentukan  waktunya dengan  tepat.  Karena  jika  waktu  peringatan  itu ternyata adalah sesuai  dengan  waktu kejadian  maka  kami  ucapkan  Alhamdulillah.  Tapi jika ternyata meleset  maka  Allah  tidak akan  menolak  kita  dan  menutup  pintuya  untuk kita. Menurut  saya  memanfaatkan kesempatan  berkumpul  dengan  berdo’a,  mendekatkan diri kepada  Allah  dan  mengharap pemberian,  kebaikan  dan  keberkahan-Nya  adalah manfaat  terbesar  dari peringatan itu sendiri.   

Memanfaatkan  berkumpulnya  banyak  orang  dengan  mengingatkan  mereka,  memberi petunjuk  dan  nasehat  itu  lebih  baik  dari  pada  menghalangi  mereka  dan  melarang  mereka serta mengingkari  tindakan  mereka  dengan  argumentasi  yang  tidak  berguna  sama  sekali. Karena faktanya, larangan  dan  pengingkaran  itu  tidak  efektif  dan  mereka  semakin antusias  dan  fanatik  setiap  kali  penolakan  ditingkatkan  dan  semakin  keras.  Sehingga tanpa  sadar  orang  yang  melarang  mereka  seolah-olah  menyuruh  mereka  untuk melaksanakannya.  Sesungguhnya  kalangan  intelektual  dan  da’i  yang  menggunakan  akal mereka dengan  sepenuh  hati  berambisi  menemukan  ruang  tempat  konsentrasi  massa untuk menyebarkan  ide-ide  mereka  dan  menarik  simpati  massa  agar  bergabung  dalam barisan  mereka.  Karena  itu Anda akan menyaksikan  mereka  mendatangi  taman-taman, asosiasi-asosiasi,  tempat-tempat  umum  dan  konsentrasi  massa  agar  mereka  bisa melakukan  misi  yang  mereka  inginkan.

Kami  sendiri  melihat  masyarakat  berkumpul  dalam  berbagai  momen  dengan  penuh antusias.  Lalu  apakah  kewajiban  kita terhadap masyarakat  tersebut  ?  Merepotkan  diri dengan  melakukan  pengingkaran, penerimaan dan penolakan  hukum  berkumpulnya masyarakat  dan  sebagainya  adalah  tindakan  sia-sia  bahkan  bisa dikategorikan sebuah ketololan  dan  kedunguan.  Sebab  kita  akan  menelantarkan  asset  besar  dan  kehilangan momen  yang  zaman  tidak  mungkin  berbaik  hati  memberikannya  kecuali  pada  acara-acara semisal ini. Maka marilah kita  manfaatkan  pertemuan-pertemuan  tersebut.

_________________________________________________________
MAFAHIM YAJIBU ANTUSOHHA ( Paham-paham Yang Harus Diluruskan )
Karya Imam  Ahlussunnah  Wal  Jamaah  Abad  21
Prof.  DR.  Sayyid  Muhammad  bin  Alwi  Al-Maliki  Al-Hasani

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post