Diterjemahkan oleh :
Zaenal Arifin Yahya
أي إذا أردتم طلاق الأزواج المؤطؤات التي يعتددن بالأقراء فطلقوهن في أول الوقت الذي يشرعن فيه في العدة بأن يكون الطلاق في طهر لم تجامع فيه والمراد بوقت شروعهن ما يشمل وقت تلبسهن بها فلو طلقت في عدة طلاق رجعی فلا حرمة لتلبسها بالعدة (و) تاسعها (الموت) أي مجرد العبور (في المسجد) لغلظ حدثها وبهذا فارقت الجنب حيث لم يحرم في حقه مجرد العبور (إن خافت تلويثه) بالثاء المثلثة أي تلطيخه بالدم صيانة للمسجد فإن أمنته كان لها العبور لكن مع الكراهة عند انتفاء حاجة عبورها بخلاف الجنب فإن العبور في حقه بلا حاجة خلاف الأولى
Maksud (ayat) tersebut adalah "Apabila kalian ingin menceraikan Isteri-isteri yang telah disetubuhi, yang mesti menjalani masa iddah dengan mesti melewati beberapa masa suci,
maka ceraikanlah mereka di awal waktu, yang mereka dapat melangsungkan (iddahnya) di waktu itu, dengan sekiranya terjadi perceraian itu di masa suci, yang istri belum kamu setubuhi di masa suci tersebut".
Yang dimaksud dengan waktu melangsungkan diri mereka, adalah seukuran waktu yang mencakup waktu menjalaninya mereka terhadap masa iddah.
Maka jikalau dia diceraikan di dalam masa iddah berupa talak roj'iy (talak 1 atau 2), maka tidak diharamkan, karena isteri sedang menjalani akan masa iddah itu.
(Dan) perkara kesembilan yang diharamkan bagi orang yang haidh adalah (berlalu), yakni semata hanya melintas (di dalam masjid) karena hadats-nya (dikategorikan) berat.
Dan dengan ketentuan ini, dibedakan orang yang haidh dengan orang yang junub, dimana tidak haram pada hak orang yang junub sebatas hanya melintas (di dalam masjid),
(Jika dia khawatir dapat mengotorinya)
(Lafazh talwitsahu) dengan tsa yang bertitik tiga, yakni menodai masjid dengan darah, sebagai tindakan pemeliharan terhadap masjid. Lalu jika wanita yang haidh merasa aman akan hal itu tidak akan menodai masjid, maka boleh baginya melintas (di dalam masjid), akan tetapi disertai dengan kemakruhan ketika tidak ada kebutuhan untuk melintasinya.
Berbeda dengan orang yang junub, karena sesungguhnya melintas (di dalam masjid) pada haknya dengan tanpa kebutuhan (dihukum) khilaful Aula (tindakan yang menyalahi hal yang lebih utama).
Wallohu a'lam bishshowaab...
Post a Comment