TERJEMAH KASYIFATUSSAJA Syarah Safinatun Naja (Pembahasan ke-124)

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani  Pembahasan ke 124

ولا يشترط إجتماع الخواص بل يكفي واحدة في كونه منیا بلا خلاف والمرأة كالرجل في ذلك على الراجح في الروضة وقال في شرح مسلم لا يشترط التدفق في حقها وتبع فيه إبن الصلاح
(و) ثالثها (الحيض) وهو دم طبيعة يخرج من أقصی رحم المرأة في أوقات مخصوصة والرحم جلدة داخل الفرج ضيقة الفم واسعة الجوف کالجرة وفمها لجهة باب الفرج يدخل فيها المنى ثم تنكمش أى ينسد فمها فلا تقبل منيا آخر بعد ذلك ولهذا جرت عادة الله أن لا يخلق ولدا من ماء رجلين وخرج بذلك الإستحاضة وهى دم علة يخرج من عرق فمه في أدى الرحم سواء أخرج عقب حيض أم لا

Namun tidak disyaratkan harus berkumpulnya semua ciri-ciri khusus itu, akan tetapi cukup [adanya] satu ciri dalam [menentukan] keberadaannya sebagai air mani, tanpa ada perbedaan pendapat.

Dan wanita sama seperti laki-laki mengenai ketentuan hal itu, menurut pendapat yang unggul di dalam kitab Ar-Roudloh.

Dan telah berkata pengarang kitab Syarah Muslim: "Tidak disyaratkan mesti terpancar keras bagi hak diri seorang wanita".

Dan Syekh Ibnu Sholah mengikuti pendapat tersebut.

(Dan) perkara yang mewajibkan mandi yang ketiga adalah (haidh/menstruasi).

Haidh adalah darah tabiat [alami] yang heluar dari puncak rahim seorang wanita di waktu-waktu yang tertentu.

Dan rahim adalah kulit yang berada di bagian dalam farji [vagina] yang bermulut sempit dan berongga luas [bagian dalamnya], seperti guci.

Dan mulut rahim mengarah ke pintu farji [lubang vagina], yang air mani dapat masuk ke dalamnya, kemudian mengerut, yakni mengatuplah mulut rahimnya.

Maka rahim tidak akan dapat menerima air mani lain setelah [masuknya air mani] itu, karena hal inilah berlaku Sunatulloh [kebiasaan penciptaan Alloh] bahwa Alloh tidak akan menciptakan seorang anak dari air mani dua orang laki-laki.

Dan terkecualikan dengan darah haidh itu, darah istihadloh.

Istihadloh adalah darah penyakit yang keluar dari urat mulut rahim, pada bagian terbawah rahim.

Sama saja apakah darah istihadloh itu keluar seiringan darah haidh ataupun tidak.




Wallahua'lambisshawab
_______________________________________
Karya Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al-Bantani Asy-syafi'i
Diterjemahkan oleh :Zaenal Arifin Yahya

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post