1⃣. Hadis yang berbicara tentang hal itu berstatus dhoif (lemah) dengan stadium yg sangat parah, matruk (semi palsu) dan bahkan dihukumi maudhu' (palsu) oleh para ahli hadis seperti Imam Al-Dzahabi dan Ibnul Jauzi.
2⃣. Tingkat kedhoifan yg sangat parah itu mengakibatkan riwayat itu tidak bisa saling menguatkan antar satu sama lain (tidak bisa naik ke derajat Hasan Lighairihi), meskipun ia mempunyai beberapa jalur periwayatan (setidaknya ada 5 jalur yg kami teliti).
3⃣. Hadis itu tidak layak untuk diinformasikan secara massif kepada masyarakat, karena berpotensi membuat gaduh dan pada akhirnya mengakibatkan konsentrasi masyarakat untuk beribadah Ramadhan jadi buyar, tidak fokus, serta dihinggapi rasa takut yang berlebihan.
4⃣. Dalil shahih tentang Dukhan sebagai tanda kiamat hanya terdapat dalam riwayat Muslim yg bersumber dari beberapa perawi, salah satunya adalah Hudzaifah ibn Asid al-Ghifari dan tidak satupun di antara pensyarah hadis ini yg mengaitkannya dengan riwayat prediksi di atas.
5⃣. Info terkait sam'iyyat (perkara-perkara ghaib dalam agama) harus didasarkan kepada dalil-dalil yang sahih, bukan kepada riwayat yg dhoif apalagi hadis Maudhu' (palsu) seperti riwayat di atas.
6⃣. Imam Bukhari pernah meriwayatkan sebuah hadis yg bersumber dari Sayyidah Aisyah di mana beliau berkata, "Barangsiapa yg mengatakan bahwa Nabi Muhammad mengetahui hal yg ghaib, maka sungguh ia telah berdusta.!"
Akhirnya, mari kita memaksimalkan ibadah pada bulan Ramadhan tahun ini dengan perasaan optimis dan tanpa was-was sembari meyakini tidak seorangpun yang tahu tentang perkara kiamat ataupun tanda-tanda besarnya kecuali hanya Allah Swt saja.
Semoga bermanfaat.!!
Post a Comment