Tunjuk Ajar Prof., DR. Ali Jum'ah, Mantan Mufti Agung Mesir
Dari Abu al-‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma, ia mengatakan, “Pada suatu hari, aku pernah naik onta di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: "Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan taqdir) telah kering.” [HR. at-Tirmidzi]
Dalam riwayat selain at-Tirmidzi disebutkan, “Jagalah Allah, maka kamu akan mendapatiNya di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apapun yang tidak ditetapkan untukmu tidak akan datang kepadamu dan apa saja yang ditetapkan untukmu tidak akan datang kepadamu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”.
Ini adalah hadis jami' (mencakup makna yang sangat banyak). Pada hadis ini Rasulullah mengajarkan tinta umat, Ibnu Abbas beberapa pelajaran:
Pertama," Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu". Ketika seorang manusia memasuki usia tua, dia mendapati dirinya dijaga oleh Allah: organ dan semua anggota tubuhnya masih sehat. Ditanyakan kepadanya, "Bagaimana apa anda bisa mendapatkan keadaan seperti ini?" Penanya barangkali mengira bahwa orang yang ditanya akan menjawab; dia melakukan serangkaian langkah-langkah medis atau alasan lainnya. Tetapi dia justru menjawab: "Tidak. Organ dan semua anggota badan ini kami jaga di usia muda, maka Allah menjaganya ketika kami berusia tua." Jagalah Allah di dalam dirimu, Allah akan menjagamu dari musuh-musuhmu dan orang-orang yang menginginkan penderitaan pada dirimu. Dia menjagamu dari berbagai gangguan dan bahaya.
Kalimat kedua,"Jagalah Allah, kamu akan mendapatiNya di hadapanmu". Kata " تجاهك (Tujahaka)" berasal dari kata " وجاهك (Wijahaka)" yang berasal dari kata " الوجاهة (al-Wijahah)" yang bermakna berada di hadapanmu, di depanmu. Oleh karena itu di sebagian riwayat lain ditemukan redaksi امامك(Amamaka)" sebagai pengganti "تجاهك (Tujahaka)". Ini bermakna bahwa Dia tidak pernah meninggalkanmu dan dia tidak membiarkanmu ketika kamu berdo'a. Setiap kali kamu mengingat Allah dan berdoa kepadaNya, kamu akan mendapatiNya di hadapanmu.
Kalimat ketiga, "Dan apabila kamu meminta, memintalah kepada Allah". Kalimat ini menjadi inti semua perbuatan manusia dalam berhubungan dengan Allah dan menunjukkan kemuliaanNya di hadapan semua makhluk. Jangan meminta apapun kepada makhluk. Orang-orang yang dekat dengan Allah berkata: "kami adalah kelompok orang-orang yang tidak meminta dan tidak menolak." Apabila datang suatu karunia dari Allah, mereka menerimanya. Dan apabila tidak datang, mereka tidak memintanya kepada manusia. Apabila mereka hendak meminta kepada seseorang mereka meminta kepada Allah.
Kalimat keempat, "dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Allah berfirman "Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan". Ayat ini menghendakimu agar selalu sadar, bertaubat, menghadap, dan berbuat ikhlas karena Allah, Tuhan semesta alam. Karena alasan itu Syeikh al-Harawi menulis kitab berjudul "Manazil al-Sairin Baina Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (Kemuliaan Orang-Orang Yang Berjalan Menuju Allah Antara Hanya KepadaMu Beribadah dan Hanya KepadaMu Meminta Pertolongan)".
Kalimat kelima, "Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu." Oleh karena itu segala puji hanya untuk Allah.
Kalimat keenam, "Dan jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu mudharat (bahaya) kepadamu, mereka tidak akan dapat menimpakan mudharat (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu". Oleh karena itu jangan takut kecuali kepada Allah dan bertawakkallah kepada Allah dengan tawakkal sesungguhnya.
Kalimat ketujuh, "Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran (penulisan taqdir) telah kering." Maka akhir dari semua urusan berpulang kepada pengakuan "Tidak ada daya untuk mendatangkan kebaikan dan tidak ada kekuatan manusia untuk menghindar dari keburukan kecuali dengan taqdir Allah.
Dalam riwayat yang lain ada redaksi kalimat ke delapan, Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah". Sikap seperti ini dilupakan oleh kebanyakan manusia. Mereka tidak berusaha mengingat Allah ketika lapang, tetapi ketika susah saja baru ingat kepada Allah. Ketika terjadi berbagai ujian dan musibah, mereka baru mengadu kepada Allah. Selain itu, mereka lalai kepada Allah. Nabi menjelaskan kepadamu bahwa Allah akan bersamamu ketika keadaan susah apabila kamu mengingatNya di saat keadaamu lapang.
Kalimat ke sembilan, "Ketahuilah bahwa apapun yang tidak ditetapkan untukmu tidak akan datang kepadamu dan apa saja yang ditetapkan untukmu tidak akan datang kepadamu." Oleh karena itu bertawakkal lah kepada Allah dengan tawakkal sesungguhnya. Jadilah orang-orang yang ridha selalu dan berlapang dada menerima semua taqdir Allah. Karena tidak satupun terjadi pada ciptaanNya kecuali dengan kehendakNya.
Kalimat ke sepuluh, "Ketahuilah bahwa pertolongan akan datang bersama kesabaran" sepotong kalimat ini layak ditulis dengan tinta emas. Kesabaran dan pertolongan bagaikan dua orang bersaudara yang saling berkaitan. "Ketahuilah bahwa pertolongan akan datang bersama kesabaran", oleh karena itu sungguh kebanyakan manusia menempuh hidup dengan tergesa-gesa. Mereka tergesa-gesa untuk mendapatkan hasil di dunia, jika demikian, mereka tidak akan mendapatkan kecuali kehinaan. Semoga Allah menjauhkannya dari kita.
Kalimat ke sebelas, "Dan kelapangan bersama kesempitan", ini senada dengan firman Allah "Bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan". Jangan pernah putus ada dengan kesempitan.
Dalam sebuah bait syair dikatakan:
"Ketika cobaan terasa semakin berat, pasti keadaan akan segera lapang. Karena malam tak selamanya gelap, terang pasti segera menjelang.
"Dan kesulitan bersama kemudahan" sebagaimana yang diberitahukan oleh Allah dan RasulNya. Maka jangan pernah berputus asa. Berharaplah kepada Allah terhadap semua kebaikan. Dia berfirman "Dan aku memperlakukan hambaKu sesuai dengan prasangka hambaKu kepadaKu." Maka berbaik sangkalah kepada Tuhanmu. Sehingga engkau mendapatiNya di depanmu, di hadapanmu.
Kedua belas, kalimat yang diajarkan Rasulullah kepada Ibnu Abbas adalah kalimat yang juga diajarkan kepada umat setelahnya yang mengesankan bahwa Rasulullah adalah seorang 'Mu'allim/Pengajar'. Demi ayah dan ibuku yang keduanya berada dalam kuasa Allah.
_______________
Sumber : FP Syaikh Ali Jum'ah
Diterjemahkan Oleh Ustadz Alnof Dinar
Dari Abu al-‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma, ia mengatakan, “Pada suatu hari, aku pernah naik onta di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: "Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan taqdir) telah kering.” [HR. at-Tirmidzi]
Dalam riwayat selain at-Tirmidzi disebutkan, “Jagalah Allah, maka kamu akan mendapatiNya di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apapun yang tidak ditetapkan untukmu tidak akan datang kepadamu dan apa saja yang ditetapkan untukmu tidak akan datang kepadamu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”.
Ini adalah hadis jami' (mencakup makna yang sangat banyak). Pada hadis ini Rasulullah mengajarkan tinta umat, Ibnu Abbas beberapa pelajaran:
Pertama," Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu". Ketika seorang manusia memasuki usia tua, dia mendapati dirinya dijaga oleh Allah: organ dan semua anggota tubuhnya masih sehat. Ditanyakan kepadanya, "Bagaimana apa anda bisa mendapatkan keadaan seperti ini?" Penanya barangkali mengira bahwa orang yang ditanya akan menjawab; dia melakukan serangkaian langkah-langkah medis atau alasan lainnya. Tetapi dia justru menjawab: "Tidak. Organ dan semua anggota badan ini kami jaga di usia muda, maka Allah menjaganya ketika kami berusia tua." Jagalah Allah di dalam dirimu, Allah akan menjagamu dari musuh-musuhmu dan orang-orang yang menginginkan penderitaan pada dirimu. Dia menjagamu dari berbagai gangguan dan bahaya.
Kalimat kedua,"Jagalah Allah, kamu akan mendapatiNya di hadapanmu". Kata " تجاهك (Tujahaka)" berasal dari kata " وجاهك (Wijahaka)" yang berasal dari kata " الوجاهة (al-Wijahah)" yang bermakna berada di hadapanmu, di depanmu. Oleh karena itu di sebagian riwayat lain ditemukan redaksi امامك(Amamaka)" sebagai pengganti "تجاهك (Tujahaka)". Ini bermakna bahwa Dia tidak pernah meninggalkanmu dan dia tidak membiarkanmu ketika kamu berdo'a. Setiap kali kamu mengingat Allah dan berdoa kepadaNya, kamu akan mendapatiNya di hadapanmu.
Kalimat ketiga, "Dan apabila kamu meminta, memintalah kepada Allah". Kalimat ini menjadi inti semua perbuatan manusia dalam berhubungan dengan Allah dan menunjukkan kemuliaanNya di hadapan semua makhluk. Jangan meminta apapun kepada makhluk. Orang-orang yang dekat dengan Allah berkata: "kami adalah kelompok orang-orang yang tidak meminta dan tidak menolak." Apabila datang suatu karunia dari Allah, mereka menerimanya. Dan apabila tidak datang, mereka tidak memintanya kepada manusia. Apabila mereka hendak meminta kepada seseorang mereka meminta kepada Allah.
Kalimat keempat, "dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Allah berfirman "Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan". Ayat ini menghendakimu agar selalu sadar, bertaubat, menghadap, dan berbuat ikhlas karena Allah, Tuhan semesta alam. Karena alasan itu Syeikh al-Harawi menulis kitab berjudul "Manazil al-Sairin Baina Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (Kemuliaan Orang-Orang Yang Berjalan Menuju Allah Antara Hanya KepadaMu Beribadah dan Hanya KepadaMu Meminta Pertolongan)".
Kalimat kelima, "Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu." Oleh karena itu segala puji hanya untuk Allah.
Kalimat keenam, "Dan jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu mudharat (bahaya) kepadamu, mereka tidak akan dapat menimpakan mudharat (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu". Oleh karena itu jangan takut kecuali kepada Allah dan bertawakkallah kepada Allah dengan tawakkal sesungguhnya.
Kalimat ketujuh, "Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran (penulisan taqdir) telah kering." Maka akhir dari semua urusan berpulang kepada pengakuan "Tidak ada daya untuk mendatangkan kebaikan dan tidak ada kekuatan manusia untuk menghindar dari keburukan kecuali dengan taqdir Allah.
Dalam riwayat yang lain ada redaksi kalimat ke delapan, Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah". Sikap seperti ini dilupakan oleh kebanyakan manusia. Mereka tidak berusaha mengingat Allah ketika lapang, tetapi ketika susah saja baru ingat kepada Allah. Ketika terjadi berbagai ujian dan musibah, mereka baru mengadu kepada Allah. Selain itu, mereka lalai kepada Allah. Nabi menjelaskan kepadamu bahwa Allah akan bersamamu ketika keadaan susah apabila kamu mengingatNya di saat keadaamu lapang.
Kalimat ke sembilan, "Ketahuilah bahwa apapun yang tidak ditetapkan untukmu tidak akan datang kepadamu dan apa saja yang ditetapkan untukmu tidak akan datang kepadamu." Oleh karena itu bertawakkal lah kepada Allah dengan tawakkal sesungguhnya. Jadilah orang-orang yang ridha selalu dan berlapang dada menerima semua taqdir Allah. Karena tidak satupun terjadi pada ciptaanNya kecuali dengan kehendakNya.
Kalimat ke sepuluh, "Ketahuilah bahwa pertolongan akan datang bersama kesabaran" sepotong kalimat ini layak ditulis dengan tinta emas. Kesabaran dan pertolongan bagaikan dua orang bersaudara yang saling berkaitan. "Ketahuilah bahwa pertolongan akan datang bersama kesabaran", oleh karena itu sungguh kebanyakan manusia menempuh hidup dengan tergesa-gesa. Mereka tergesa-gesa untuk mendapatkan hasil di dunia, jika demikian, mereka tidak akan mendapatkan kecuali kehinaan. Semoga Allah menjauhkannya dari kita.
Kalimat ke sebelas, "Dan kelapangan bersama kesempitan", ini senada dengan firman Allah "Bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan". Jangan pernah putus ada dengan kesempitan.
Dalam sebuah bait syair dikatakan:
"Ketika cobaan terasa semakin berat, pasti keadaan akan segera lapang. Karena malam tak selamanya gelap, terang pasti segera menjelang.
"Dan kesulitan bersama kemudahan" sebagaimana yang diberitahukan oleh Allah dan RasulNya. Maka jangan pernah berputus asa. Berharaplah kepada Allah terhadap semua kebaikan. Dia berfirman "Dan aku memperlakukan hambaKu sesuai dengan prasangka hambaKu kepadaKu." Maka berbaik sangkalah kepada Tuhanmu. Sehingga engkau mendapatiNya di depanmu, di hadapanmu.
Kedua belas, kalimat yang diajarkan Rasulullah kepada Ibnu Abbas adalah kalimat yang juga diajarkan kepada umat setelahnya yang mengesankan bahwa Rasulullah adalah seorang 'Mu'allim/Pengajar'. Demi ayah dan ibuku yang keduanya berada dalam kuasa Allah.
_______________
Sumber : FP Syaikh Ali Jum'ah
Diterjemahkan Oleh Ustadz Alnof Dinar
Post a Comment