11. Selama Kamu Mengikuti Rasulullah SAW; Maka Kamu Selamat Dari Fitnah
Peperangan Jamal mulanya terjadi sebab pembunuhan Sayyiduna Utsman radhiyallahu 'anhu terjadi di Madinah di bulan Dzulhijjah, saat itu Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha sedang melaksanakan ibadah haji.
Sayyidah Aisyah mendengar bahwa Sayyiduna Ali karramallahu wajhahu dibai'at tapi tidak segera menghukum para pembunuh Sayyiduna Utsman.. Maka Beliau pun berinisiatif untuk menuntut khalifah agar segera menghukum para penjahat itu.
Sementara Sayyiduna Ali punya pandangan lain: saat itu Madinah dikepung oleh banyak pasukan, jadi Beliau ingin menghalau semua pasukan agar kembali ke daerahnya masing-masing, kemudian Beliau memeriksa kejadian secara teliti setelah semua membai'at Beliau; karena kejahatan yang terjadi perlu dicari sebab, siapa di belakang semuanya & siapa yang melakukan.. Pemeriksaan itu perlu waktu yang panjang, masa Beliau yang baru hari ini dibai'at bisa menghukum para penjahat keesokan harinya?!
Sayyidah Aisyah yang sedang di Makkah mengira para pembunuh itu orangnya diketahui, jadi kenapa mesti menunda hukuman?
Sayyiduna Zubair bin Awwam & Sayyiduna Thalhah mulanya di Madinah & telah membai'at Sayyiduna Ali, kemudian mereka berdua ke Makkah untuk mengerjakan umrah.. Di Makkah, bertemu Sayyidah Aisyah yang menceritakan bahwa Beliau sudah menyiapkan massa & senjata untuk menuntut keadilan dari Sayyiduna Ali..
Sayyiduna Zubair & Sayyiduna Thalhah pun akhirnya mendukung ide Sayyidah Aisyah.
Nah, Sayyiduna Ali mendengar bahwa Sayyidah Aisyah datang bersama pasukan yang di antaranya ada Sayyiduna Zubair & Sayyiduna Thalhah yang sebelumnya sudah membai'at.. Jadi pasukan yang menyerbu Madinah makin banyak, maka Sayyiduna Ali pun menuju Kufah agar tidak terjadi pertemuan di Madinah.
Pasukan Sayyidah Aisyah yang mendengar Sayyiduna Ali ke Kufah pun berangkat menuju Kufah, Sayyidah Aisyah pun dinaikkan ke atas unta.. Makanya dinamai peperangan "Jamal" (unta)
Di perjalanan, Sayyidah Aisyah istirahat di daerah Hauaj, saat itu anjing jeilan menggonggong, Beliau pun bertanya: "Kita di mana?". Dijawab: "Daerah Hauaj".. Sayyidah Aisyah pun teringat sabda Rasulullah SAW yang berkata pada para isteri Beliau SAW: " Barang siapa di antara kalian yang digonggongi oleh anjing Hauaj, maka diamlah di rumah kalian!". Jadi Nabi SAW sudah menasehati semua isteri Beliau agar tidak ada yang sampai bepergian ke daerah Hauaj & digonggongi anjingnya, meminta para isteri Beliau untuk diam di rumah... Saat itulah Sayyidah Aisyah merasa bahwa Beliau telah bersalah & ingin pulang..
Tapi ada saja yang menginginkan fitnah berkobar, orang itupun bersumpah atas nama seluruh umat Islam bahwa daerah itu bukan Hauaj... Itulah orang pertama yang bersaksi palsu dalam Islam.
Jadi fitnah itu sangat dahsyat..
Perjalanan pun diteruskan, sampai terjadi peperangan...
Shahabat Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu tidak ikut serta bersama Sayyidah Aisyah karena hadits Sayyiduna Nabi SAW saat mendengar puteri Kisra diangkat menjadi ratu di Persia: "Tidaklah untung kaum yang dipimpin seorang perempuan"... Sayyiduna Abu Bakrah memandang hadits itu umum karena mentakhshish hukum itu perlu pemahaman yang teliti & Sayyiduna Abu Bakrah bukanlah salah satu fuqaha di kalangan shahabat... Jadi Beliau pun tidak mau mengikuti pasukan yang dipimpin oleh Sayyidah Aisyah.
Padahal sebenarnya sabda Rasulullah SAW itu adalah menceritakan kejadian tertentu.. Karena Kisra merobek surat yang dikirimkan Rasulullah SAW, maka Beliau SAW berdo'a: "Ya Allah, robeklah kerajaannya sebagaimana dia merobek suratku"... Putera Kisra pun meracuni ayahnya, sementara Kisra yang mengetahui puteranya ingin membunuhnya sudah menyiapkan racun di gudang penyimpanan harta penting bertuliskan "obat penguat syahwat" karena mengetahui puteranya suka seks..
Ketika Kisra mati, puteranya membuka gudang & menemukan botol bertuliskan obat penguat syahwat, dia pun meminumnya & mati..
Jadi.. Tidak ada yang menggantikan Kisra kecuali puterinya, maka ketika Rasulullah SAW mendengar hal itu, Beliau pun bersabda hadits tadi untuk menunjukkan bahwa kerajaan Kisra akan punah, bukan untuk semua kepemimpinan perempuan; karena Allah SWT Memuji kepemimpinan Sayyidah Bilqis di Saba.
Jadi, tidak semua kepemimpinan perempuan berarti buruk & hadits itu umum.
Para fuqaha berpendapat seperti pendapat Sayyiduna Abu Bakrah ra yang menganggap perempuan tidak shah memimpin qadha (pengadilan)... Kecuali Al-Imam Abu Hanifah yang membolehkan perempuan memimpin pengadilan yang berurusan tentang keuangan (harta) & perempuan, tidak untuk kejahatan & kepemimpinan umum (imam muslimin).
Sementara Al-Imam at-Thabari membolehkan semua kepemimpinan perempuan sampai pada kepemimpinan umum.
Hadits ini disampaikan Al-Imam al-Bukhari rahimahullah menunjukkan bahwa selama kamu mengikuti perintah Rasulullah SAW maka akan menjauhkanmu untuk ikut serta dalam fitnah dengan memahami hadits secara umum, meskipun pemahaman itu masih bisa dipermasalahkan... Bagaimanapun pemahaman itu menyelamatkan.
Nah... Sayyiduna Ali tentu tidak terima Sayyiduna Zubair & Sayyiduna Thalhah memerangi Beliau setelah sebelumnya sudah membai'at... Saat terjadi pertemuan & bicara dengan Sayyiduna Ali, Sayyiduna Zubair & Thalhah pun mengundurkan diri & berbalik untuk tidak jadi melawan Sayyiduna Ali.. Ketika mereka berbalik, ada pihak yang menginginkan fitnah: saat mereka berdua berbalik, Sayyiduna Zubair dibunuh dari belakang, sementara Sayyiduna Thalhah dibunuh dengan panah yang tidak diketahui dari mana asalnya.
Akhirnya pasukan Sayyiduna Ali pun dituduh sebagai pembunuh kedua shahabat yang mulia itu agar peperangan berkobar kuat.
Peperangan Jamal itu sangat besar, korbannya tidak kurang dari 10 ribu, 5 ribu di pihak Sayyiduna Ali & 5 ribu di pihak Sayyidah Aisyah... Bahkan ada yang menyebutkan korban keseluruhan adalah 13 ribu.
Banyak yang ikut serta dengan Sayyidah Aisyah karena memandang Beliau sebagai um al-mukminin & bersama Beliau ada 2 shahabat muliay yang sudah dikabarkan Rasulullah SAW sebagai ahli surga.
Sayyiduna Ali melihat masalah sebagai peperangan melawan mereka yang keluar dari imam & menyalahi bai'at. Beliau pun mengirim Sayyiduna Ammar & putera Beliau "Sayyiduna al-Hasan" ke Basrah mengajak warganya membantu melawan pasukan besar yang datang bersama Sayyidah Aisyah.
Dalam khutbahnya, Sayyiduna 'Ammar mengingatkan bahwa Sayyidah Aisyah merupakan isteri Sayyiduna Rasulullah SAW di dunia & akhirat yang mesti dihormati, hanya saja Allah SWT Menguji kalian untuk Mengetahui siapa yang mengikuti imam daripada mengikuti Sayyidah Aisyah yang saat itu salah faham.
Warga Kufah pun banyak yang membela Sayyiduna Ali.
Sayyiduna Abu Musa al-Asy'ari & Sayyiduna Abu Mas'ud termasuk shahabat yang tidak ikut serta dalam peperangan... Keduanya protes pada Sayyiduna 'Ammar kenapa cepat mengambil sikap untuk membela Sayyiduna Ali, sementara Sayyiduna 'Ammar juga protes pada keduanya karena lambannya mereka berdua dalam pembelaan pada Sayyiduna Ali.
Setelah terjadi perbedaan pendapat, Abu Mas'ud ra memberikan Sayyiduna Abu Musa & Sayyiduna 'Ammar masing-masing sepasang pakaian, lalu pergi bersama2 ke masjid untuk shalat jum'at; menunjukkan bahwa para shahabat tetap berhubungan baik meskipun terjadi berbedaan pendapat karena masalah rumit dalam diri mereka.
Peperangan Jamal mulanya terjadi sebab pembunuhan Sayyiduna Utsman radhiyallahu 'anhu terjadi di Madinah di bulan Dzulhijjah, saat itu Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha sedang melaksanakan ibadah haji.
Sayyidah Aisyah mendengar bahwa Sayyiduna Ali karramallahu wajhahu dibai'at tapi tidak segera menghukum para pembunuh Sayyiduna Utsman.. Maka Beliau pun berinisiatif untuk menuntut khalifah agar segera menghukum para penjahat itu.
Sementara Sayyiduna Ali punya pandangan lain: saat itu Madinah dikepung oleh banyak pasukan, jadi Beliau ingin menghalau semua pasukan agar kembali ke daerahnya masing-masing, kemudian Beliau memeriksa kejadian secara teliti setelah semua membai'at Beliau; karena kejahatan yang terjadi perlu dicari sebab, siapa di belakang semuanya & siapa yang melakukan.. Pemeriksaan itu perlu waktu yang panjang, masa Beliau yang baru hari ini dibai'at bisa menghukum para penjahat keesokan harinya?!
Sayyidah Aisyah yang sedang di Makkah mengira para pembunuh itu orangnya diketahui, jadi kenapa mesti menunda hukuman?
Sayyiduna Zubair bin Awwam & Sayyiduna Thalhah mulanya di Madinah & telah membai'at Sayyiduna Ali, kemudian mereka berdua ke Makkah untuk mengerjakan umrah.. Di Makkah, bertemu Sayyidah Aisyah yang menceritakan bahwa Beliau sudah menyiapkan massa & senjata untuk menuntut keadilan dari Sayyiduna Ali..
Sayyiduna Zubair & Sayyiduna Thalhah pun akhirnya mendukung ide Sayyidah Aisyah.
Nah, Sayyiduna Ali mendengar bahwa Sayyidah Aisyah datang bersama pasukan yang di antaranya ada Sayyiduna Zubair & Sayyiduna Thalhah yang sebelumnya sudah membai'at.. Jadi pasukan yang menyerbu Madinah makin banyak, maka Sayyiduna Ali pun menuju Kufah agar tidak terjadi pertemuan di Madinah.
Pasukan Sayyidah Aisyah yang mendengar Sayyiduna Ali ke Kufah pun berangkat menuju Kufah, Sayyidah Aisyah pun dinaikkan ke atas unta.. Makanya dinamai peperangan "Jamal" (unta)
Di perjalanan, Sayyidah Aisyah istirahat di daerah Hauaj, saat itu anjing jeilan menggonggong, Beliau pun bertanya: "Kita di mana?". Dijawab: "Daerah Hauaj".. Sayyidah Aisyah pun teringat sabda Rasulullah SAW yang berkata pada para isteri Beliau SAW: " Barang siapa di antara kalian yang digonggongi oleh anjing Hauaj, maka diamlah di rumah kalian!". Jadi Nabi SAW sudah menasehati semua isteri Beliau agar tidak ada yang sampai bepergian ke daerah Hauaj & digonggongi anjingnya, meminta para isteri Beliau untuk diam di rumah... Saat itulah Sayyidah Aisyah merasa bahwa Beliau telah bersalah & ingin pulang..
Tapi ada saja yang menginginkan fitnah berkobar, orang itupun bersumpah atas nama seluruh umat Islam bahwa daerah itu bukan Hauaj... Itulah orang pertama yang bersaksi palsu dalam Islam.
Jadi fitnah itu sangat dahsyat..
Perjalanan pun diteruskan, sampai terjadi peperangan...
Shahabat Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu tidak ikut serta bersama Sayyidah Aisyah karena hadits Sayyiduna Nabi SAW saat mendengar puteri Kisra diangkat menjadi ratu di Persia: "Tidaklah untung kaum yang dipimpin seorang perempuan"... Sayyiduna Abu Bakrah memandang hadits itu umum karena mentakhshish hukum itu perlu pemahaman yang teliti & Sayyiduna Abu Bakrah bukanlah salah satu fuqaha di kalangan shahabat... Jadi Beliau pun tidak mau mengikuti pasukan yang dipimpin oleh Sayyidah Aisyah.
Padahal sebenarnya sabda Rasulullah SAW itu adalah menceritakan kejadian tertentu.. Karena Kisra merobek surat yang dikirimkan Rasulullah SAW, maka Beliau SAW berdo'a: "Ya Allah, robeklah kerajaannya sebagaimana dia merobek suratku"... Putera Kisra pun meracuni ayahnya, sementara Kisra yang mengetahui puteranya ingin membunuhnya sudah menyiapkan racun di gudang penyimpanan harta penting bertuliskan "obat penguat syahwat" karena mengetahui puteranya suka seks..
Ketika Kisra mati, puteranya membuka gudang & menemukan botol bertuliskan obat penguat syahwat, dia pun meminumnya & mati..
Jadi.. Tidak ada yang menggantikan Kisra kecuali puterinya, maka ketika Rasulullah SAW mendengar hal itu, Beliau pun bersabda hadits tadi untuk menunjukkan bahwa kerajaan Kisra akan punah, bukan untuk semua kepemimpinan perempuan; karena Allah SWT Memuji kepemimpinan Sayyidah Bilqis di Saba.
Jadi, tidak semua kepemimpinan perempuan berarti buruk & hadits itu umum.
Para fuqaha berpendapat seperti pendapat Sayyiduna Abu Bakrah ra yang menganggap perempuan tidak shah memimpin qadha (pengadilan)... Kecuali Al-Imam Abu Hanifah yang membolehkan perempuan memimpin pengadilan yang berurusan tentang keuangan (harta) & perempuan, tidak untuk kejahatan & kepemimpinan umum (imam muslimin).
Sementara Al-Imam at-Thabari membolehkan semua kepemimpinan perempuan sampai pada kepemimpinan umum.
Hadits ini disampaikan Al-Imam al-Bukhari rahimahullah menunjukkan bahwa selama kamu mengikuti perintah Rasulullah SAW maka akan menjauhkanmu untuk ikut serta dalam fitnah dengan memahami hadits secara umum, meskipun pemahaman itu masih bisa dipermasalahkan... Bagaimanapun pemahaman itu menyelamatkan.
Nah... Sayyiduna Ali tentu tidak terima Sayyiduna Zubair & Sayyiduna Thalhah memerangi Beliau setelah sebelumnya sudah membai'at... Saat terjadi pertemuan & bicara dengan Sayyiduna Ali, Sayyiduna Zubair & Thalhah pun mengundurkan diri & berbalik untuk tidak jadi melawan Sayyiduna Ali.. Ketika mereka berbalik, ada pihak yang menginginkan fitnah: saat mereka berdua berbalik, Sayyiduna Zubair dibunuh dari belakang, sementara Sayyiduna Thalhah dibunuh dengan panah yang tidak diketahui dari mana asalnya.
Akhirnya pasukan Sayyiduna Ali pun dituduh sebagai pembunuh kedua shahabat yang mulia itu agar peperangan berkobar kuat.
Peperangan Jamal itu sangat besar, korbannya tidak kurang dari 10 ribu, 5 ribu di pihak Sayyiduna Ali & 5 ribu di pihak Sayyidah Aisyah... Bahkan ada yang menyebutkan korban keseluruhan adalah 13 ribu.
Banyak yang ikut serta dengan Sayyidah Aisyah karena memandang Beliau sebagai um al-mukminin & bersama Beliau ada 2 shahabat muliay yang sudah dikabarkan Rasulullah SAW sebagai ahli surga.
Sayyiduna Ali melihat masalah sebagai peperangan melawan mereka yang keluar dari imam & menyalahi bai'at. Beliau pun mengirim Sayyiduna Ammar & putera Beliau "Sayyiduna al-Hasan" ke Basrah mengajak warganya membantu melawan pasukan besar yang datang bersama Sayyidah Aisyah.
Dalam khutbahnya, Sayyiduna 'Ammar mengingatkan bahwa Sayyidah Aisyah merupakan isteri Sayyiduna Rasulullah SAW di dunia & akhirat yang mesti dihormati, hanya saja Allah SWT Menguji kalian untuk Mengetahui siapa yang mengikuti imam daripada mengikuti Sayyidah Aisyah yang saat itu salah faham.
Warga Kufah pun banyak yang membela Sayyiduna Ali.
Sayyiduna Abu Musa al-Asy'ari & Sayyiduna Abu Mas'ud termasuk shahabat yang tidak ikut serta dalam peperangan... Keduanya protes pada Sayyiduna 'Ammar kenapa cepat mengambil sikap untuk membela Sayyiduna Ali, sementara Sayyiduna 'Ammar juga protes pada keduanya karena lambannya mereka berdua dalam pembelaan pada Sayyiduna Ali.
Setelah terjadi perbedaan pendapat, Abu Mas'ud ra memberikan Sayyiduna Abu Musa & Sayyiduna 'Ammar masing-masing sepasang pakaian, lalu pergi bersama2 ke masjid untuk shalat jum'at; menunjukkan bahwa para shahabat tetap berhubungan baik meskipun terjadi berbedaan pendapat karena masalah rumit dalam diri mereka.
-----------------------------------------------------------------------------
Faedah dari Maulana Syekh Yusri Rusydi hafizhahullah, dars jum'at pagi, 7 desember 2018M.. Bab fitan dari kitab shahih al-Bukhari.
diambil dari tulisan Hilma Rosyida Ahmad
https://bit.ly/2M36cWK
Post a Comment