JALAN PINTAS MENUJU SURGA


Setinggi-tinggi Derajatmu adalah di bawah telapak kakinya

Suatu ketika Rasulullah SAW naik mimbar sambil mengatakan: “Amin” sebanyak tiga kali. Setelah beliau selesai berkhutbah, para sahabat bertanya kenapa beliau mengatakan “Amin” sampai tiga kali. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa beliau mengaminkan doa Jibril AS, “Celakalah orang yang masuk ke dalam bulan suci Ramadhan, namun ia keluar dari Ramadhan dalam kondisi belum diampunkan dosa-dosanya; Celakalah orang yang mendapati kedua orang tuanya ataupun salah satu dari mereka (masih hidup), dan tidak membuatnya masuk Surga; Celakalah orang orang yang namaku disebut di dekatnya, namun ia tidak bershalawat kepadaku.” (Shahih Bukhari dan Muslim).
Termasuk orang yang celaka adalah seorang anak yang orang tuanya sampai pada usia tua, dan ia tidak berbakti dan membuat mereka ridha. Hal itu adalah karena orang tua adalah jalan pintas bagi anak menuju Surga. Bahkan adakalanya ia lebih baik dari pada jihad fi sabilillah. Imam An Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang pemuda datang kepada Rasulullah SAW, meminta izin untuk berjihad. Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Apakah kamu punya ibu?” “Ada,” katanya. Rasulullah SAW bersabda: “Bersamailah ia karena Surga di bawah kakinya.” Dalam redaksi lain, 
“Sesungguhnya Surga di bawah telapak kaki ibu.” Dalam hadis lainnya, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Amr Ibnu Ash RA bahwa suatu ketika seoarang pemuda datang kepada Rasulullah SAW, meminta izin untuk berhijrah dan berjihad fi sabilillah. Rasulullah SAW bersabda: “Apakah orang tuamu ada yang masih hidup?” “Iya, keduanya masih hidup,” katanya. Rasulullah SAW bersabda: “Kamu ingin mencari pahala dari Allah SWT?” “Iya,” katanya. Rasulullah SAW bersabda: “Kembalilah kepada orang tuamu dan pergaulilah mereka dengan baik.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam redaksi lain, “Berjihadlah pada mereka.”

Surga seorang anak di bawah kaki orang tuanya. Allah akan mengganti bakti anak kepada orang tua dengan Surga. Walaupun dalam bakti tersebut mereka seperti terhina dan sangat rendah, seakan tidak punya harga diri di depan mereka. Di depan orang tua, tidak boleh engkau banggakan gelar, jabatan, kedudukan, ketokohan, kekayaan dan sebagainya yang engkau miliki. Meskipun di depan orang lain engkau adalah seorang yang sangat terpandang, tetaplah merendahkan diri di depan orang tuamu. Sesungguhnya, setinggi-tinggi derajatmu adalah di bawah telapak kakinya.

Allah SWT berfirman, “…Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (QS. Al-Isra’:) 

Di dalam ayat ini Allah SWT menyuruhmu untuk merendahkan diri di depan mereka. Kerendahan dirimu di depan mereka bukan seperti pembantu atau budak di depan tuannya, karena takut atau mengharapkan upah. Namun kerendahanmu di depan mereka hendaklah kerendahan yang dipenuhi rasa kasih sayang, penghormatan, dan cinta. Semua itu diwujudkan dengan ucapan lisan berupa kata-kata yang baik dibarengi dengan sikap dan perangai yang santun. Jika mereka tidak sedang berada bersamamu, hatimu tetap menaruh cinta dan mengharapkan kebaikan untuk mereka yang terangkai dalam bait-bait doamu.

Ustadz Kopri Nurzen Lc,. MA

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post