Perlu diingat, menjadikan madinah sebagai standar keislaman seseorang merupakan perkara baru, yang tidak pernah dilakukan oleh ulama salaf, ulama hadits, tafsir, fiqih, dan usul fiqih.
Seandainya madinah sebagai tolok ukur kebaikan islam seseorang, maka akan berserakan pendapat ulama dalam kitab - kitab mereka, berupa anjuran dan perintah untuk belajar ke madinah.
Isu murahan ini dibuat oleh salafi wahhabi untuk melariskan dagangannya dengan doktrin alumni madinah lebih asli, murni dan original.
Perlu diketahui, agar tidak mudah termakan doktrin murahan salafi wahhabi :
1. Bahwa Penggagas paham salafi wahhabi sendiri bukan orang dan alumni madinah, Syekh muhammad bin abdul wahhab, termasuk pentolannya Syekh bin baz, Usaimin, Albani, Sholih fauzan dll.
2. Bahkan yang menjadi panutan mereka juga bukan alumni dan orang madinah, seperti Syekh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoiyim Jauziyah.
3. Bahwa yang dijaga malaikat adalah kota madinah dari dajjal, bukan menjaga hati orang - orang yang hidup di madinah dari sifat nifak dan maksiat, ingat tu bro !
Sebagai bukti, gembong munafik hidup berdampingan dengan nabi, pada waktu itu nabi masih hidup, tidak ada jaminan yang menetap di madinah bebas dari kemunafikan, bagaimana yang jauh dari masa kenabian ?
Sedangkan sangkaan salafi wahhabi setiap orang yang menetap di madinah orang baik dan sholeh, maka dibuatlah doktrin alumni madinah lebih asli.
4. Bahwa iman akan kembali ke madinah, seandainya yang membawa iman tersebut orang - orang yang datang dari yaman ke madinah, maka masih bisa diterima, karena nabi bersabda iman itu di yaman.
Sedangkan iman yang dibawa ke madinah hari ini dibawa dari wilayah yang mana nabi mengatakan dari sana munculnya fitnah dan tanduk setan, dengan konsep trilogi tauhid ; tauhid rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat.
Menjadikan alumni madinah sebagai standar kemurnian keislaman seseorang, sama halnya dengan mengangkangi firman Allah :
ان اكرمكم عند الله اتقاكم
Orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertakwa.
Apakah alumni madinah saja yang mampu untuk sampai kepada derajat takwa, sedangkan di luar alumni madinah tidak akan sampai kepada derajat takwa karena mengambil ilmu keislaman tidak dari alumni madinah.
Bukankah doktrin alumni madinah lebih asli, murni dan original sangat berbahaya ?mungkin tidak berbahaya bagi yang sudah terdoktrin.
Kesimpulannya bahwa mengatakan alumni madinah lebih asli tidak tepat, jika yang dimaksudkan alumni madinah zaman sekarang, kalau yang dimaksudkan alumni madinah hasil didikan nabi maka baru tepat.
Semua alumni di dunia ini, jika sanad keilmuannya sampai kepada nabi maka itu asli, murni dan original.
Silsilah keilmuan nabi dapat diilutrasikan secara sederhana, sebagaimana berikut ini, agar tidak mudah dikicuh.
1. Nabi mengajarkan ilmu keislaman kepada para sahabatnya.
2. Kemudian setelah nabi wafat, ilmu keislaman diajarkan oleh para sahabat.
3. Sebagian sahabat ada yang keluar dari kota madinah setelah nabi wafat, tidak semua sahabat menetap di madinah sampai mati.
4. Sahabat yang menetap di luar kota madinah, mengajarkan ilmu keislaman kepada penduduk tempatan, dan melahirkan murid - murid yang cerdas.
5. Murid - murid sahabat ini disebut dengan tabiin, diantaranya Imam Abu hanifah pendiri mazhab hanafi.
5. Para tabiin mempunyai murid - murid yang disebut dengan tabiut tabiin, diantaranya Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad Bin Hanbal.
6. Imam - imam pendiri mazhab seperti Imam malik, syafii, ahmad bin hanbal mempunyai murid - murid yang meneruskan tradisi keilmuan guru - gurunya, sampai kepada ulama - ulama masa kini.
7. Ulama mazhab seperti Imam abu hanifah, malik, syafii dan ahmad bin hanbal merupakan manusia cerdas, yang mampu menyerap semua ilmu keislaman yang berserakan di dada - dada para tabiin, kemudian mereka buat konsep yang tersusun rapi dalam lembaran kertas, agar generasi berikutnya lebih mudah dalam mengamalkan ajaran islam.
8. Ulama mazhab bukan membuat ajaran baru tetapi meneruskan ajaran nabi yang disusun rapi dalam bentuk bahan ajar yang mudah dipahami, sesuai kebutuhan umat islam sepanjang masa.
9. Bagi yang mempelajari ilmu keislaman tidak mengikuti metode ulama mazhab, yang mereka peroleh dari tabiin dan sahabat, maka kemungkinan besar akan tergelincir kepada penyimpangan.
10. Oleh sebab itu, pastikan ilmu keislaman yang kita dapatkan bersambung sanadnya sampai kepada ulama mazhab.
11. Karena keilmuan ulama mazhab sampai kepada sahabat, walaupun sahabat tersebut tidak menetap di madinah, sebab yang namanya sahabat pasti ilmunya asli, murni dan original dari nabi.
12. Selama ilmu keislaman tersebut diajarkan oleh sahabat, maka dikategorikan murni walaupun sahabat tersebut tidak tinggal lagi di madinah.
Dalam catatan sejarah, mayoritas ulama hadits, tafsir, fiqih, ushul fiqih, bahasa arab, sejarah dll bukan orang madinah dan tidak meninggal di madinah, tetapi keilmuan mereka mengikuti tradisi keilmuan gurunya sampai kepada para sahabat.
Jika sanad keilmuannya tidak mengikuti tradisi gurunya, maka bisa dikategorikan ilmunya terputus, karena murid sudah keluar dari tradisi keilmuan gurunya. Apakah pendiri salafi wahhabi masih mengikuti tradisi keilmuan gurunya ?
Terakhir, dimana pun kita belajar selama sanad keilmuannya sampai kepada nabi, melalui jalur yang diakui oleh mayoritas ulama, maka itu masih asli, murni dan original.
Karena ada juga yang mengaku sampai sanad keilmuannya kepada nabi tetapi tidak mengikuti jalur yang diakui oleh mayoritas ulama.
Diantara jalur yang tidak diakui oleh mayoritas ulama, langsung ke Al Quran dan sunnah tanpa melalui pemahaman ulama mazhab. Kira - kira apa yang terjadi ?
Yang duduk dihadapan guru saja, banyak murid yang tidak paham, apa lagi yang main loncat sana loncat sini.
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Dalu-Dalu 15 februari 2022
Post a Comment