قال المؤلف رحمه الله تعالى:
وبعد إسراء عروج للسماء # حتى رأى النبي ربا كلما
من غير كيف وانحصار وافترض # عليه خمسا بعد خمسين فرض
"Dan setelah Isra' naik ke langit (Mi'raj) sampai Nabi melihat Tuhan dan Dia memperdengarkan kalam-Nya,
tanpa disifati dengan sifat makhluk dan tanpa meliputi dan Allah mewajibkan kepada beliau sholat lima waktu setelah Allah mewajibkan lima puluh kali sholat".
Penjelasan
As Syaikh Ahmad al Marzuki menjelaskan tentang mu'jizat Mi'raj.
Mi'raj adalah dinaikkannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari Baitul maqdis sampai ke tempat yang lebih tinggi dari langit ketujuh.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dinaikkan ke atas langit dengan menggunakan tangga, satu tangga terbuat dari perak dan satu tangga terbuat dari emas.
Tujuan dari Mi'raj adalah Allah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam atas (di atas langit).
Allah ta'ala berfirman:
لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَایَـٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰۤ
[Surat An-Najm 18]
"Dan benar-benar dia telah melihat tanda-tanda kebesaran Tuhannya yang agung".
Perhatian
Tujuan Mi'raj bukanlah untuk berjumpa secara fisik dengan Allah yang disangkanya berada di atas langit.
Karena Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat. Allah tidak berada di langit, bumi, Arsy atau di semua tempat.
Karena Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya
Karena Allah ada sebelum terciptanya langit tanpa langit, Allah ada sebelum terciptanya bumi tanpa bumi, Allah ada sebelum terciptanya tempat tanpa tempat. Demikian juga setelah terciptanya langit, bumi, Arsy dan tempat yang lain tetap seperti semula, ada tanpa tempat.
Sayyidina Ali bin Abi Tholib Radliyallahu anhu berkata:
كان الله ولا مكان وهو الآن على ما عليه كان
"Pada azal Allah ada dan belum ada tempat dan dia sekarang (setelah terciptanya tempat) tetap seperti semula (ada tanpa tempat) ".
Di setiap langit Rasulullah shallallahu alaihi wasallam disambut oleh para nabi. Di langit pertama di sambut oleh nabi Adam, di langit kedua disambut oleh nabi Isa dan Nabi Yahya, di langit ketiga disambut oleh nabi Yusuf, di langit keempat disambut oleh nabi Idris, di langit kelima disambut oleh nabi Harun, di langit keenam disambut oleh nabi Musa dan di langit ketujuh disambut oleh nabi Ibrahim.
Dalam peristiwa Mi'raj, Rasulullah shallallahu alaihi melihat Allah, sebagian ulama mengatakan beliau melihat Dzat Allah dengan mata kepala dan sebagian mengatakan, beliau melihat Allah dengan hatinya. Tetapi yang unggul adalah pendapat kedua.
Allah memberi kekuatan pada hati beliau untuk bisa melihat Dzat Allah ta'ala yang bukan berupa benda dan tidak disifati dengan sifat-sifat benda, ada tanpa tempat dan arah.
Karena di dunia, Allah tidak dilihat dengan mata kepala. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَنْ تَرَوْا رَبَّكُمْ حَتَّى تَمُوتُوا
"Kalian tidak akan melihat Tuhan kalian sampai kalian mati" HR Ahmad
Perhatian
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat Allah dengan hatinya di atas langit ke tujuh tidak menunjukkan bahwa Allah ada di atas langit ke tujuh.
Sebagaimana orang-orang mukmin melihat Allah di akhirat dengan mata kepala mereka. Orang-orang mukmin berada di dalam surga, tetapi Allah tidak bertempat dan berarah, Allah tidak di dalam atau di luar surga, Allah tidak di depan, belakang, kanan, kiri, atas atau arah bawah mereka.
Al Imam Abu Hanifah Radliyallahu anhu berkata:
والله تعالى يُرى في الآخرة يراه المؤمنون وهم في الجنة بأعين رؤوسهم بلا تشبيه ولا كيفية ولا كمية ولا يكون بينه وبين خلقه مسافة.
"Dan Allah ta'ala dilihat di akhirat, orang-orang mukmin melihat-Nya dan mereka berada di dalam surga dengan mata kepala mereka dengan tanpa tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk), tanpa kaifiyah (mensifati Allah dengan sifat makhluk) dan tanpa kammiyah (mensifati Allah dengan memiliki ukuran) serta tidak ada jarak di antara Allah dan makhluk-Nya ".
Dalam peristiwa Mi'raj Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi, bukan berupa bahasa, huruf dan suara.
Tetapi ini tidak menunjukkan bahwa Allah ada di atas langit, sebagaimana nabi Musa yang juga diperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi di bumi (di bukit Thursaina), tidak menunjukkan bahwa Allah ada di bumi.
Karena itu nabi Musa dan nabi Muhammad disebut Kaliimullah.
Beberapa perkara yang dipahami oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari kalam Allah yang azali dan abadi:
1. Kewajiban shalat lima waktu (Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh)
Pada awalnya umat Islam diwajibkan melaksanakan 50 kali sholat dalam sehari semalam. Namun nabi Musa 'alayhissalam meminta Rasulullah untuk kembali ke tempat beliau mendengar kalam Allah dan bermunajat meminta keringanan, sehingga diringankan menjadi 5 kali sholat dalam sehari semalam.
Namun pahala lima kali sholat tersebut sama dengan pahala melaksanakan 50 kali shalat.
Perhatian
Perkataan nabi Musa kepada Nabi Muhammad:
ارجع الى ربك واسأل التخفيف
Bukan berarti: "kembalilah ke tempat tuhanmu dan mintalah keringanan"
tetapi maknanya yang benar:
"kembalilah ke tempat di mana kamu mendengar kalam Allah dan mintalah keringanan".
Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa Allah itu ada tanpa tempat.
2. Dosa-dosa besar sebagian orang mukmin yang dikehendaki oleh Allah akan diampuni.
3. (1) Orang yang melakukan satu kebaikan akan dicatat untuknya sepuluh kali lipat dan
(2) orang yang berkeinginan melakukan satu kebaikan lalu tidak mengerjakannya maka dihitung satu kebaikan dan
(3)Barang siapa berkeinginan melakukan keburukan dan mengerjakannya maka dicatat sebagai satu keburukan.
والله أعلم بالصواب
Post a Comment