ارسل انبيا ذوي فطانة # بالصدق والتبليغ والامانة
"Allah mengutus para Nabi yang memiliki sifat fathonah, juga sifat Shidq, tabligh dan amanah".
Penjelasan
As Syaikh Ahmad al Marzuki menjelaskan bahwa Allah mengutus para Nabi.
Tugas dari para Nabi adalah (1) tabsyir, yaitu memberi kabar gembira dengan surga di akhirat bagi mereka yang beriman dan beramal shalih dan (2) indzar, yaitu memberi peringatan kepada orang-orang kafir dan bermaksiat dengan siksa neraka di akhirat.
Allah ta'ala berfirman:
كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةࣰ وَ ٰحِدَةࣰ فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِیِّـۧنَ مُبَشِّرِینَ وَمُنذِرِینَ
[Surat Al-Baqarah 213]
"Dahulu umat manusia adalah umat yang satu (beragama Islam kemudian mereka musyrik) sehingga Allah mengutus para Nabi untuk melakukan tabsyir dan indzar".
Nabi dan Rasul pertama adalah Nabi Adam 'alayhissalam dan Nabi dan Rasul terakhir adalah nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam.
Waspadalah terhadap Aqidah Wahhabi yang mengatakan nabi Adam itu bukan Nabi dan Rasul, mereka meyakini nabi Nuh adalah nabi dan Rasul pertama.
Keyakinan Wahhabi ini bertentangan dengan ayat:
إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰۤ ءَادَمَ وَنُوحࣰا وَءَالَ إِبۡرَ ٰهِیمَ وَءَالَ عِمۡرَ ٰنَ عَلَى ٱلۡعَـٰلَمِینَ
[Surat Ali 'Imran 33]
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran (untuk menjadi Nabi) atas alam semesta".
Aqidah Wahhabi tersebut juga bertentangan dengan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمَ فَمَنْ سِوَاهُ إِلَّا تَحْتَ لِوَائِي
"Dan tidaklah ada seorang nabi pun pada hari itu, *baik Adam atau selainnya* kecuali berada di bawah benderaku saat itu" HR at Tirmidzi dan Ahmad
Waspadalah juga terhadap paham Ahmadiyah yang meyakini bahwa Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah nabi Muhammad.
Keyakinan Ahmadiyah seperti ini bertentangan dengan firman Allah ta'ala:
وَخَاتَمَ ٱلنَّبِیِّـۧنَۗ
[Surat Al-Ahzab 40]
"Dan (Muhammad) adalah akhir dari para Nabi"
Keyakinan Ahmadiyah ini juga bertentangan dengan hadits Nabi:
وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ
"Para nabi ditutup denganku." HR Muslim
Selanjutnya as Syaikh Ahmad al Marzuki menjelaskan tentang sifat wajib bagi para Nabi, yaitu:
1. Fathonah (cerdas), artinya semua para Nabi itu cerdas, tidak ada satupun di antara mereka yang bodoh, dungu maupun bebal.
Jika ada salah seorang umatnya berkata tentang sesuatu kepada para nabi, maka mereka langsung bisa memahaminya, tanpa harus meminta kepadanya untuk mengulangi atau menjelaskan pernyataan itu lagi.
Apabila ada orang kafir yang mendebatnya maka mereka pasti bisa membantahnya dengan mudah.
Contohnya, kecerdasan nabi Ibrahim ketika berdebat dengan Namrud, Allah ta'ala berfirman:
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِی حَاۤجَّ إِبۡرَ ٰهِـۧمَ فِی رَبِّهِۦۤ أَنۡ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلۡمُلۡكَ إِذۡ قَالَ إِبۡرَ ٰهِـۧمُ رَبِّیَ ٱلَّذِی یُحۡیِۦ وَیُمِیتُ قَالَ أَنَا۠ أُحۡیِۦ وَأُمِیتُۖ قَالَ إِبۡرَ ٰهِـۧمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ یَأۡتِی بِٱلشَّمۡسِ مِنَ ٱلۡمَشۡرِقِ فَأۡتِ بِهَا مِنَ ٱلۡمَغۡرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِی كَفَرَۗ وَٱللَّهُ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِینَ
[Surat Al-Baqarah 258]
"Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, *“Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.”* Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang dzalim"
والله أعلم بالصواب
Post a Comment