Biasa dilakukan sebagian umat Islam ketika berakhirnya tahun Hijriyah mereka berkumpul berzikir dan memanjatkan doa-doa khusus untuk mengakhiri tahun dan memasuki tahun baru. Sebagian umat Islam menentang kegiatan ini dengan alasan tidak dilakukan di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu, apakah ini termasuk bid’ah?
Jawaban:
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan akhir tahun dan menyambut tahun baru tidak pernah dilakukan di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Namun tidak berarti kegiatan akhir tahun otomatis bid’ah.
Menginovasikan ibadah yang sudah ditentukan tata caranya tidak dibenarkan, seperti mengganti gerakan shalat, atau menambah waktu berpuasa, atau mengganti nisab zakat dan ibadah yang sudah ditentukan lainnya. Namun, ada ibadah yang diperintahkan secara umum sehingga manusia yang menentukan caranya. Seperti memperbanyak zikir, seseorang dapat membuat angka sendiri berapa banyak zikir ingin ia baca dan kapan saja waktunya, begitupula halnya dengan perintah berdo’a, seseorang dapat berdoa apa saja sesuai dengan keinginan dan hajatnya di waktu kapan saja ia kehendaki, begitupla dengan perintah bersyukur, ekspresi bersyukur dilakukan dengan memperbanyakan ibadah apa saja tidak ditentukan.
Terkait dengan doa akhir tahun dan awal tahun menggunakan dalil umum yang memerintahkan kita untuk berdoa kapan saja, berdasarkan Firman Allah subhanahu wa ta’ala
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (غافر: 60)
Mohonlah kepada-Ku, Aku akan menjawab kalian! Sesungguhnya, orang-orang yang angkuh untuk menyembah-Ku akan memasuki neraka, (dalam keadaan) sangat hina (Ghafir: 60)
Ayat ini datang dalam bentuk perintah secara umum untuk berdoa kapan saja, tidak membatasi pada waktu tertentu, oleh karena itu berdo’a di akhir tahun tidak ada larangan sama sekali.
Adapun saudara-saudara kita yang mengatakan bid’ah, karena mereka merasa ada ibadah baru yang dibuat, padahal tidak ada ibadah baru, hanya berkumpul lalu mengungkapkan rasa syukur dan mengisi waktu dengan berzikir dan berdoa, untuk menjalankan perintah yang yang tadinya datang secara umum, namun tidak meyakini bahwa acara akhir tahunan itu dari perintah khusus.
Tidak ada do’a akhir tahun dan awal tahun yang datang secara ma’tsur karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah membuat kegiatan akhir tahun dan awal tahun, namun teks do’a akhir tahun yang disusun oleh ulama boleh saja diamalkan, karena tidak adanya larangan untuk mengkreasikan isi doa. Seseorang bisa saja membuat doa sendiri dengan bahasa sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Jika ada doa yang ma’tsur (dinukil dari Al-Qur’an dan Sunnah) yang sesuai dengan hajat seseorang tentu lebih baik untuk diamalkan, namun jika tidak ada maka doa yang disusun oleh Ulama lebih baik daripada doa orang awam.
Kesimpulan:
Doa akhir tahun dan awal tahun itu dibaca untuk menjalankan perintah Allah untuk meminta dan berdoa setiap saat, baik awal tahun, pertengan tahun, akhir tahun, atau kapan saja dengan teks yang sesuai dengan hajat kebutuhan seseorang, baik diambil dari ayat, atau hadis, atau karangan ulama maupun susunan sendiri. Adapun tujuan daripada doa tersebut adalah agar dapat menjalani tahun berikutnya dengan cara lebih baik, dan itu bagian dari muhasabah yang diperintahkan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (الحشر: 18)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hasyar: 18)
Wallahu a’lam
Penulis:
Muhammad Hanafi,
Khadim Muntada Asatiz Riau
Jawaban:
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan akhir tahun dan menyambut tahun baru tidak pernah dilakukan di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Namun tidak berarti kegiatan akhir tahun otomatis bid’ah.
Menginovasikan ibadah yang sudah ditentukan tata caranya tidak dibenarkan, seperti mengganti gerakan shalat, atau menambah waktu berpuasa, atau mengganti nisab zakat dan ibadah yang sudah ditentukan lainnya. Namun, ada ibadah yang diperintahkan secara umum sehingga manusia yang menentukan caranya. Seperti memperbanyak zikir, seseorang dapat membuat angka sendiri berapa banyak zikir ingin ia baca dan kapan saja waktunya, begitupula halnya dengan perintah berdo’a, seseorang dapat berdoa apa saja sesuai dengan keinginan dan hajatnya di waktu kapan saja ia kehendaki, begitupla dengan perintah bersyukur, ekspresi bersyukur dilakukan dengan memperbanyakan ibadah apa saja tidak ditentukan.
Terkait dengan doa akhir tahun dan awal tahun menggunakan dalil umum yang memerintahkan kita untuk berdoa kapan saja, berdasarkan Firman Allah subhanahu wa ta’ala
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (غافر: 60)
Mohonlah kepada-Ku, Aku akan menjawab kalian! Sesungguhnya, orang-orang yang angkuh untuk menyembah-Ku akan memasuki neraka, (dalam keadaan) sangat hina (Ghafir: 60)
Ayat ini datang dalam bentuk perintah secara umum untuk berdoa kapan saja, tidak membatasi pada waktu tertentu, oleh karena itu berdo’a di akhir tahun tidak ada larangan sama sekali.
Adapun saudara-saudara kita yang mengatakan bid’ah, karena mereka merasa ada ibadah baru yang dibuat, padahal tidak ada ibadah baru, hanya berkumpul lalu mengungkapkan rasa syukur dan mengisi waktu dengan berzikir dan berdoa, untuk menjalankan perintah yang yang tadinya datang secara umum, namun tidak meyakini bahwa acara akhir tahunan itu dari perintah khusus.
Tidak ada do’a akhir tahun dan awal tahun yang datang secara ma’tsur karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah membuat kegiatan akhir tahun dan awal tahun, namun teks do’a akhir tahun yang disusun oleh ulama boleh saja diamalkan, karena tidak adanya larangan untuk mengkreasikan isi doa. Seseorang bisa saja membuat doa sendiri dengan bahasa sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Jika ada doa yang ma’tsur (dinukil dari Al-Qur’an dan Sunnah) yang sesuai dengan hajat seseorang tentu lebih baik untuk diamalkan, namun jika tidak ada maka doa yang disusun oleh Ulama lebih baik daripada doa orang awam.
Kesimpulan:
Doa akhir tahun dan awal tahun itu dibaca untuk menjalankan perintah Allah untuk meminta dan berdoa setiap saat, baik awal tahun, pertengan tahun, akhir tahun, atau kapan saja dengan teks yang sesuai dengan hajat kebutuhan seseorang, baik diambil dari ayat, atau hadis, atau karangan ulama maupun susunan sendiri. Adapun tujuan daripada doa tersebut adalah agar dapat menjalani tahun berikutnya dengan cara lebih baik, dan itu bagian dari muhasabah yang diperintahkan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (الحشر: 18)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hasyar: 18)
Wallahu a’lam
Penulis:
Muhammad Hanafi,
Khadim Muntada Asatiz Riau
Sumber: https://www.muntadaasatidz.com/2020/08/benarkah-doa-akhir-tahun-dan-awal-tahun.html?m=1
إرسال تعليق