Generasi Salaf adalah generasi sahabat, tabi'in, tabi' tabi'in serta murid-murid mereka yang hidup di 3 abad pertama hijriyah perjalanan sejarah peradaban Islam.
Metode Akidah mereka disusun dan dirangkum dengan sistematis oleh Imam Ahlussunnah wal Jama'ah: Imam Abu Hasan Al Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi yang menggabungkan penerapan dalil Naqli dan dalil Aqli.
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah terkait sifat Allah yang dijelaskan oleh ayat mutasyabihat, sejak generasi salaf menggunakan 2 pendekatan metode: tafwidl dan takwil. Kedua metode ini sama-sama menafikan Allah memiliki sifat makhluk atau menyerupai sifat makhluk.
Tafwid bermakna mengimani semua ayat dan hadis terkait sifat Allah, menafikan sifat yang mengindikasikan sifat makhluk atau serupa dengan makhluq dan menyerahkan maknanya kepada maksud Allah. Dan takwil bermakna mengimani semua ayat dan hadis terkait sifat Allah, menafikan sifat yang mengindikasikan sifat makhluk atau serupa dengan makhluq serta merincikan makna yang sesuai dengan sifat Allah dan sejalan dengan kaidah bahasa Arab, karena al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab.
Dalam akidah Ahlussunnah wal jama'ah, tidak meyakini Allah berada di langit atau bersemayam di atas Arsy, juga tidak meyakini Allah punya tangan, punya mata, punya betis, turun pada penghujung malam, dan berbagai sifat lain yang mengasumsikan sama dengan sifat makhluq.
Orang-orang yang meyakini Allah berada pada tempat tertentu, di arah tertentu, menempati ruang tertentu dan berbagai keyakinan lain yang mengindikan Allah berada pada makhluqNya menurut keyakinan akidah Ahlussunnah wal Jama'ah bisa jatuh kepada kekafiran menurut ijtihad para ulama mujtahid.
Simak penjelasan UAS tentang permasalahan sifat Allah terkait ayat-ayat dan hadis mutasyabihat yang menjelaskan sifat Allah dengan mudah dan mencerahkan umat.
Metode Akidah mereka disusun dan dirangkum dengan sistematis oleh Imam Ahlussunnah wal Jama'ah: Imam Abu Hasan Al Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi yang menggabungkan penerapan dalil Naqli dan dalil Aqli.
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah terkait sifat Allah yang dijelaskan oleh ayat mutasyabihat, sejak generasi salaf menggunakan 2 pendekatan metode: tafwidl dan takwil. Kedua metode ini sama-sama menafikan Allah memiliki sifat makhluk atau menyerupai sifat makhluk.
Tafwid bermakna mengimani semua ayat dan hadis terkait sifat Allah, menafikan sifat yang mengindikasikan sifat makhluk atau serupa dengan makhluq dan menyerahkan maknanya kepada maksud Allah. Dan takwil bermakna mengimani semua ayat dan hadis terkait sifat Allah, menafikan sifat yang mengindikasikan sifat makhluk atau serupa dengan makhluq serta merincikan makna yang sesuai dengan sifat Allah dan sejalan dengan kaidah bahasa Arab, karena al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab.
Dalam akidah Ahlussunnah wal jama'ah, tidak meyakini Allah berada di langit atau bersemayam di atas Arsy, juga tidak meyakini Allah punya tangan, punya mata, punya betis, turun pada penghujung malam, dan berbagai sifat lain yang mengasumsikan sama dengan sifat makhluq.
Orang-orang yang meyakini Allah berada pada tempat tertentu, di arah tertentu, menempati ruang tertentu dan berbagai keyakinan lain yang mengindikan Allah berada pada makhluqNya menurut keyakinan akidah Ahlussunnah wal Jama'ah bisa jatuh kepada kekafiran menurut ijtihad para ulama mujtahid.
Simak penjelasan UAS tentang permasalahan sifat Allah terkait ayat-ayat dan hadis mutasyabihat yang menjelaskan sifat Allah dengan mudah dan mencerahkan umat.
Post a Comment