Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani Pembahasan ke-136
(و) السابع (أن لا يعتقد فرضا من فروضه) أي فروض كل منهما (سنة) سواء إعتقد أن أفعاله كلها فروض أواعتقد ان فيه فرضا وسنة وإن لم يمبز أحدهما عن الآخر وهذا في حق العامی أما العالم وهو من إشتغل بالفقه زمنا فلابد فيه من تمييز فرائضه من سننه (و) الثامن (الماء الطهور في ظن كل من المتوضیء والمغتسل واعتقاده وإن لم يكن طهورا عند غيره كما لو اشتبه الطهور بالمتنجس من إناءين وقع في أحدهما لآ بعينه نجاسة فظن كل شخص طهارة إنائه فتوضأ فطهارة كل منهما صحيحة فلا يصح الوضوء والغسل بمستعمل و متغير تغيرا كثيرا (و) التاسع (دخول الوقت) أي في طهارة دائم الحدث كمستحاضة
(Dan) (syarat bersuci) yang ketujuh adalah (tidak boleh meyakini satu fardhu dari fardhu-fardhunya) yakni fardhu-fardhu masing masing dari wudhu dan mandi (sebagai sunnah).
Sama saja ia menyakini bahwa berbagai perbuatan bersuci itu seluruhnya adalah fardhu-fardhu, atau ia meyakini bahwa di dalam bersuci terdapat perkara fardhu dan sunnah, meskipun ia tidak bisa membedakan salah satu keduanya dari yang lain.
Dan ketentuan ini bagi hak orang awam.
Adapun orang yang mengerti ['alim] yaitu orang yang pernah menyibukkan diri dengan (mempelajari) ilmu fiqih pada (beberapa) masa. Maka tidak boleh tidak, dalam bersucinya itu harus dapat membedakan fardhu-fardhu nya dari sunnah-sunnahnya.
(Dan) yang kedelapan adalah (air yang suci mensucikan) dalam persangkaan masing-masing dari orang yang wudhu dan orang yang mandi dan keyakinannya, meskipun keadaan air itu tidak suci mensucikan menurut orang lain. Sebagaimana seandainya tersamarkan air suci mensucikan itu dengan air yang terkena najis, diantara dua wadah yang terjatuh najis pada salah satu dari dua wadah itu, tidak dengan [pasti] fisiknya (dari dua wadah itu).
Lalu masing-masing orang menyangka sucinya [salah satu] wadah itu, lalu ia berwudhu, maka bersucinya masing-masing dari kedua orang itu adalah sah. Maka tidak sah wudhu dan mandi dengan memakai air musta'mal [yang sudah digunakan untuk bersuci] dan dengan air yang berubah dengan perubahan yang banyak.
(Dan) yang kesembilan adalah (masuknya waktu sholat) yakni dalam bersucinya orang yang ber-hadats langgeng, seperti wanita yang istihadloh.
Wallahua'lambisshawab
_______________________________________
Karya Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al-Bantani Asy-syafi'i
Diterjemahkan oleh :Zaenal Arifin Yahya
(و) السابع (أن لا يعتقد فرضا من فروضه) أي فروض كل منهما (سنة) سواء إعتقد أن أفعاله كلها فروض أواعتقد ان فيه فرضا وسنة وإن لم يمبز أحدهما عن الآخر وهذا في حق العامی أما العالم وهو من إشتغل بالفقه زمنا فلابد فيه من تمييز فرائضه من سننه (و) الثامن (الماء الطهور في ظن كل من المتوضیء والمغتسل واعتقاده وإن لم يكن طهورا عند غيره كما لو اشتبه الطهور بالمتنجس من إناءين وقع في أحدهما لآ بعينه نجاسة فظن كل شخص طهارة إنائه فتوضأ فطهارة كل منهما صحيحة فلا يصح الوضوء والغسل بمستعمل و متغير تغيرا كثيرا (و) التاسع (دخول الوقت) أي في طهارة دائم الحدث كمستحاضة
(Dan) (syarat bersuci) yang ketujuh adalah (tidak boleh meyakini satu fardhu dari fardhu-fardhunya) yakni fardhu-fardhu masing masing dari wudhu dan mandi (sebagai sunnah).
Sama saja ia menyakini bahwa berbagai perbuatan bersuci itu seluruhnya adalah fardhu-fardhu, atau ia meyakini bahwa di dalam bersuci terdapat perkara fardhu dan sunnah, meskipun ia tidak bisa membedakan salah satu keduanya dari yang lain.
Dan ketentuan ini bagi hak orang awam.
Adapun orang yang mengerti ['alim] yaitu orang yang pernah menyibukkan diri dengan (mempelajari) ilmu fiqih pada (beberapa) masa. Maka tidak boleh tidak, dalam bersucinya itu harus dapat membedakan fardhu-fardhu nya dari sunnah-sunnahnya.
(Dan) yang kedelapan adalah (air yang suci mensucikan) dalam persangkaan masing-masing dari orang yang wudhu dan orang yang mandi dan keyakinannya, meskipun keadaan air itu tidak suci mensucikan menurut orang lain. Sebagaimana seandainya tersamarkan air suci mensucikan itu dengan air yang terkena najis, diantara dua wadah yang terjatuh najis pada salah satu dari dua wadah itu, tidak dengan [pasti] fisiknya (dari dua wadah itu).
Lalu masing-masing orang menyangka sucinya [salah satu] wadah itu, lalu ia berwudhu, maka bersucinya masing-masing dari kedua orang itu adalah sah. Maka tidak sah wudhu dan mandi dengan memakai air musta'mal [yang sudah digunakan untuk bersuci] dan dengan air yang berubah dengan perubahan yang banyak.
(Dan) yang kesembilan adalah (masuknya waktu sholat) yakni dalam bersucinya orang yang ber-hadats langgeng, seperti wanita yang istihadloh.
Wallahua'lambisshawab
_______________________________________
Karya Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al-Bantani Asy-syafi'i
Diterjemahkan oleh :Zaenal Arifin Yahya
Post a Comment