Rasialisme dalam Kutukan Syari’at Islam

Rasialisme merupakan ciri khas kaum jahiliyah, dimana ras dan gengsi kesukuan yang sangat kental melekat dalam kehidupan mereka, sehingga memunculkan kasta-kasta dalam tatanan sosial. Keadaan ini tentu saja menciptakan perilaku tidak adil dalam banyak hal dan akhirnya menyebabkan perlakuan buruk pada kasta-kasta rendah.

Hadirnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم membawa risalah dari Allah untuk memuliakan manusia dan makhluk keseluruhan.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
Sungguh, telah Kami muliakan bani Adam, dan kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami beri mereka rezeki yang baik-baik, dan Kami utamakan mereka melebihi sebagian besar makhluk yang Kami ciptakan. (QS. Al-Isra' 70).
Ayat ini hadir untuk menyatakan kesamaan kemulian secara fikih, dan ini dibuktikan lagi dengan universalitas kenabian Muhammad صلى الله عليه وسلم
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (Al-Anbiya’: 107)
Islam memandang perbeda fisik berupa warna kulit, suku dan bangsa sebagai bukti kehebatan Allah, bukan menjadi alat ukur menentukan level sosial. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya.
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
Dan di antara tanda-tanda (Kebesaran-)Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa-bahasa dan warna (kulit) kamu. Sungguh, dalam yang demikian itu ada bukti-bukti bagi orang yang mengetahui. (QS Rum: 22).
Hikmah di balik perbedaan itu adalah keberagaman yang dapat mengisi pazel-pazel kehidupan yang terpisah antara satu sama lain. Karena setiap elemen memiliki keunggulan yang dapat mengisi kelemahan orang lain, sekaligus memiliki kelemahan yang butuh pada keunggulan orang lainnya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
Hai manusia! Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan. Kami jadikan kamu berbagai bangsa dan berbagai puak (suku), supaya kamu saling mengenal (QS al-Hujarat: 13).

Lalu kualitas kemanusiaan dipandang dari sudut mana?
Kualitas seseorang di sisi Allah ditentukan dengan kebaikan
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ ، أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى
Hai manusia, sungguh Tuhanmu hanya satu, bapakmu hanya satu, maka tiada kemuliaan orang Arab atas orang asing, orang berkulit hitam atas orang yang berkulit merah, kecuali dengan takwa. (HR. Ahmad)
Adapun warna kulit tidak menentukan kemuliaan, bahkan menjadikannya sebagai penentu kasta sosial merupakan dosa terlarang. Nabi صلى الله عليه وسلم Pernah Menegur Abu Zar yang bersikap rasis kepada sahabat lainnya.
ﺍﻧْﻈُﺮْ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻤَﺮَ ﻭَﻻَ ﺃَﺳْﻮَﺩَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﺗَﻔْﻀُﻠَﻪُ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ
Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa . (H.R. Ahmad)

Hati-hati dengan sikap fanatik yang berlebihan   
Seorang sahabat Nabi bernama Watsilah bin al-Asqa’ bertanya pada Rasulullah tentang perbedaan cinta bangsa dan soal fanatisme.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنَ الْعَصَبِيَّةِ أَنْ يُحِبَّ الرَّجُلُ قَوْمَهُ قَالَ لَا وَلَكِنْ مِنْ الْعَصَبِيَّةِ أَنْ يَنْصُرَ الرَّجُلُ قَوْمَهُ عَلَى الظُّلْمِ
Apakah termasuk dari fanatisme etnis (al-‘ashabiyah) apabila ada seseorang mencintai kaumnya? Rasulullah menjawab; Tidak, karena fanatisme etnis tidak akan muncul, kecuali ada orang yang membela anggota kaumnya dengan tujuan kezaliman. (HR Ibn Majah dan Ahmad).

Rasulullah menolak sikap rasialisme
Nabi صلى الله عليه وسلم  tegas dalam menolak Fanatisme yang merupakan gerbang munculnya sikap rasis dalam hal apapun, termasuk dalam perkara hukum..
ليس منا من دعا إلى عصبية وليس منا من قاتل على عصبية وليس منا من مات على عصبية
Bukan dari golongan kami yang mengajak pada fanatisme etnis, bukan dari golongan kami yang berperang dengan tujuan fanatisme etnis, dan bukan dari golongan kami yang mati demi fanatisme etnis (HR. Abu Dawud)
Hal ini terjadi ketika seorang perempuan berasal dari keluarga terhormat suku Makhzum mencuri, sehingga mengutus Usamah bin Zaid untuk melobi Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan harapan mendapatkan keringanan hukum karena melihat latarbelakang keluarga perempuan tersebut. Namun rasulullah tidak bergeming sedikitpun dengan keputusannya, setiap orang sama di mata hukum Islam tanpa membedakan suku, apalagi warna kulit.

Tercelanya sikap rasis.
Mengolok-olok, menghina, merendahkan seseorang karena alasan suku, kelompok, dan keturunan merupakan tindakan rasialisme. Tindakan ini tidak dibenarkan dalam Islam. Larangan ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلاَ تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلاَ تَنَابَزُوا بِالأَْلْقَابِ
Hai orang yang beriman! Janganlah suatu suku di antara kamu mengolok-olok suku yang lain, mungkin (yang diolok-olok itu) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), janganlah wanita mengolok-olok wanita yang lain, mungkin (wanita yang diolok-olok) lebih baik dari (wanita yang mengolok-olok), janganlah kamu saling mencaci, dan janganlah saling memberi nama ejekan (al-Hujarât [49]: 11)

Hiduplah Dengan Damai Dan Saling Menerima
Bilal bin Rabah si kulit hitam menjadi contoh nyata bagaimana Islam memulikan manusia tanpa melihat warna kulit. Alhamdulillah, kita diberi anugrah Islam, walaupun berbeda-beda suku, ras dan bangsa kita semua bersaudara dan disatukan dalam agama Islam. Allah berfirman;
ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀً ﻓَﺄَﻟَّﻒَ ﺑَﻴْﻦَ ﻗُﻠُﻮﺑِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺘُﻢْ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻪِ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧًﺎ 
“Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (Ali Imran: 103)

Kewajiban berlaku Adil kepada semua orang
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَأَنزَلْنَا ٱلْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلْغَيْبِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ 
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Hadid: 25)

Ditulis oleh:

Ustadz Muhammad Hanafi, Lc., M.Sy

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post