TERJEMAH KASYIFATUSSAJA Syarah Safinatun Naja Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani (Pembahasan ke-71)

TERJEMAH KASYIFATUSSAJA
TERJEMAH KASYIFATUSSAJA

Pembahasan ke-71

قال السنوسي واليوسي والمنفي في لاإله إلا الله المعبود بحق في اعتقاد عابد نحو الأصنام والشمس والقمر وذلك أن المعبود بباطل له وجود في نفسه في الخارج ووجوده في ذهن المؤمن بوصف كونه باطلا ووجوده في ذهن الكافر بوصف گونه حقا فهو من حيث وجوده في الخارج في نفسه لا ينفي لأن الذوات لا تنفی وكذا من حيث وجوده في ذهن المؤمن بوصف كونه باطلا إذ كونه معبودا بباطل أمر محقق لايصح نفيه وإلا كان كاذبا.وإنما ينفى من حيث وجوده في ذهن الكافر بوصف كونه معبوا بحق فلم ينف في لا إله إلا الله إلا المعبود بحق غير الله فالإستثناء متصل

Telah berkata Syekh As-Sanusiy dan Syekh Al-Yusiy: "Perkara yang ditiadakan dalam kalimat la ilaha illalloh adalah zat yang disembah dengan haq di dalam keyakinan penyembah terhadap seumpama berhala-berhala, matahari dan bulan".

Dan ketentuan itu (dikarenakan bahwa zat yang disembah dengan secara bathil itu. zat tersebut memiliki wujud bagi dirinya, di kenyataan, 

dan memiliki wujud dalam fikiran orang beriman dengan menyifati (membayangkan) adanya zat yang disembah tersebut adalah suatu yang bathil,

sedangkan wujud tuhan yang disembah secara bathil dalam fikiran orang kafir itu dengan menyifati keadaan sembahan itu sebagai perkara yang benar.

Maka tuhan yang disembah secara bathil itu, dari sisi berwujudnya di kenyataan, pada zatnya itu tidak bisa tiada, karena sesungguhnya semua zat itu tidak bisa ditiadakan.

Begitupun dari sisi berwujudnya di fikiran orang beriman, dengan menyifati keadaan zat yang sembah adalah perkara yang bathil,

sebab keadaan tuhan yang disembah secara bathil sebagai sesuatu yang disembah secara bathil, adalah perkara yang dapat dibuktikan, dimana meniadakannya tidaklah sah meniadakan zat sembahan itu. Dan jika tidak demikian, maka ia adalah pendusta.

Dan sesungguhnya tuhan yang disembah secara bathil itu ditiadakan hanyalah dari sisi wujud zat sembahan dalam fikiran orang kafir, dengan disifati keadaan zat itu sebagai zat sembahan secara benar.

Maka tidak ditiadakan dalam kalimat "Tidak ada tuhan selain Alloh, kecuali suatu sesembahan dengan benar yang selain Alloh. Maka macam istitsnā (pengecualian) dengan pengertian ini tergolong istitsnã muttashil pengecualian yang bersambung digunakan untuk perkara yang sejenisnya (kaidah nahwu).


_______________________________________
Karya Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al-Bantani Assyafii


Diterjemahkan oleh :Zaenal Arifin Yahya

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post