Al-qabas an-Nuur al-Mubiin min Ihya' Ulumuddiin (Pembahasan Ke 8)

Al-qabas an-Nuur al-Mubiin min Ihya' Ulumuddiin
KAJIAN TASAWWUFAl-qabas an-Nuur al-Mubiin min Ihya' Ulumuddiin

Pembahasan ke-8

Rasulullah saw sering memberi contoh berbagai perbuatan yang baik, karena beliau saw diperintah untuk mengajak orang banyak untuk meniru jejak beliau saw. Beliau saw sengaja memperbaiki perilakunya di hadapan orang lain demi untuk mendekatkan mereka kepada beliau saw.

Andaikata seorang ingin memberi contoh suatu perbuatannya yang baik tanpa berharap pujian dan tidak takut dicela, maka hal itu dibolehkan hukumnya karena ia berhati-hati agar jangan sampai dicela orang lain. Ia mencari ketenaran dengan memperluas persaudaraannya meskipun cara yang ditempuhnya sangat sulit.

Sebagai kesimpulannya, pokoknya seorang yang berbuat riya' yang bukan termasuk ibadah, maka hal itu dibolehkan. Adakalanya perbuatannya dianggap suatu ketaatan yang tidak terpuji karena semuanya itu tergantung niat seorang yang melakukannya.

Adapun seorang yang riya' dengan menampilkan ibadahnya ada dua macam, di antaranya : Pertama, adakalanya seorang sengaja menampilkan ibadahnya dengan riya.' Tentunya perbuatan ini membatalkan pahala ibadahnya dan pelakunya termasuk orang-orang yang berdosa, karena ia melakukan dua kesalahan.

Diantaranya seorang yang beribadah dan memperlihatkannya kepada orang lain, maka hukumnya haram karena ia menipu orang lain seolah-olah ia seorang yang paling ikhlas dan taat, tetapi hatinya kosong dari ketaatan kepada Allah swt sehingga ia menipu orang lain.

Kedua, yang berkenaan dengan Allah swt. adakalanya seorang beribadah karena Allah swt tetapi ia berbuat riya' sehingga Allah swt menganggapnya bahwa ia mengejek Allah swt. Qatadah berkata : “Jika ada seorang hamba berbuat riya', maka Allah berkata kepada para malaikat-Nya : "Lihatlah kepada orang itu, ia berani mentertawakan diri-Ku"."

Perumpamaan orang semacam itu bagaikan seorang yang berdiri di hadapan seorang penguasa sepanjang hari, karena ia sebagai seorang pembantu. Tetapi jika berdirinya untuk memperhatikan salah seorang pegawai wanita milik seorang penguasa. Maka orang itu telah mempermalukan sang penguasa karena ia tidak ingin mendekatkan dirinya kepada sang penguasa. Yang sedemikian itu karena seorang hamba ingin mengejek sang penguasa.

Apakah seorang dapat mengejek Allah swt meskipun ia berpura-pura beribadah dan mendekatkan dirinya kepada Allah swt hanya karena ingin dipuji orang lain? Perbuatannyatermasuk dosa besar yang dapat membinasakan dirinya.

Perbuatan semacam itu disebutkan oleh Baginda Rasulullah saw sebagai syirik yang terkecil, seperti yang diriwayatkan oleh Ahmad, ath-Thabrani dan al-Hakim dan Syaddad bin Aus, katanya: 'Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah saw, maka beliau saw menyebutkan bahwa perbuatan riya' merupakan syirik yang paling kecil.'

Perlu diketahui bahwa kedudukan riya' ada yang lebih berat antara yang satu dengan yang lainnya. Andaikata riya' tidak terbatas kecuali hanya bersujud dan ruku' kepada selain Allah swt pasti perbuatan itu termasuk riya,' karena seorang yang berbuat riya' memang sengaja bersujud dan ruku' hanya
karena ingin dipuji orang lain.

Andaikata ia tidak ingin dipuji orang lain tentunya ia tidak akan bersujud dan ruku' kepada selain Allah swt. Jika seorang melakukan ibadahnya tanpa diikuti perasaan riya,' maka ia melakukan ibadahnya hanya karena Allah swt semata.

Tetapi jika ia melakukannya karena riya', maka ia telah menipu Allah swt dan dirinya sendiri. Ia dibujuk oleh setan bahwa manusia dapat menentukan keburukan, kebaikan, rejeki, ajal dan dapat menentukan kebaikan apa saja yang dimiliki oleh Allah swt. Karena itu, ia tidak menunjukkan amal ibadahnya kepada Allah swt dengan seikhlas-ikhlasnya.

_____________________________________
Al-qabas an-Nuur al-Mubiin min Ihya' Ulumuddiin
Al-'Allamah Al-Habib Umar bin Muhammad bin  Salim bin Hafidz
Diterjemahkan oleh : Yunus bin Ali al-Muhdhor

Post a Comment

Previous Post Next Post