MAKNA PERAYAAN YANG DILARANG DALAM HADITS

MAFAHIM YAJIBU ANTUSOHHA
(Paham-paham yg hrs diluruskan)

Karya Imam  Ahlussunnah  Wal  Jamaah  Abad  21 :
Prof.  DR.  Sayyid  Muhammad  bin  Alwi  Al-Maliki  Al-Hasani
{الى حضرة الشيخ سيد محمد علوی المالكی الحسنی ... {الفاتحة
Aku berniat tholabul ilmi karena Alloh swt

﷽ صلى الله  على سيدنا ومولانا محمد وعلى اله وصحبه وسلم الحمد لله حمدا يوافي نعمه ويكافيء مزيده ....
Pembahasan : ke-126

MAKNA PERAYAAN YANG DILARANG DALAM HADITS


Ibnu  Taimiyyah  telah  memberi batasan makna  `ied  (perayaan)  yang  dilarang  dalam  hadits yang  berbunyi :

لا تتخذوا قبري عيدا 

"Janganlah  kalian  menjadikan  kuburanku  tempat  perayaan."

Secara umum, kata  Ibnu Taimiyyah  apa  yang  dilakukan  dekat  kuburan-kuburan  itu  sesungguhnya  adalah  sesuatu yang  dilarang  oleh  Rasulullah  melalui  sabda  beliau,  "janganlah  kalian  menjadikan kuburanku tempat perayaan."  Karena  membiasakan  datang  ke  tempat  tertentu  pada waktu  tertentu  secara  berulang  setiap  tahun, bulan atau minggu  sejatinya  adalah  makna dari  `ied. 

Selanjutnya membiasakan  perayaan  ini  secara  kecil-kecilan  atau  besar-besaran  itu dilarang.  Pandangan  ini  adalah keingkaran  Imam  Ahmad  yang  telah  disebutkan terdahulu.  Dia berkata : "Orang-orang  sudah  sangat  melampaui  batas dan memperbanyak mendatangi  masyaahid."  Imam Ahmad menyebutkan  aktivitas  yang  dilakukan  di  dekat kuburan  Al-Husain. 

Dalam  kesempatan  lain  Ibnu  Taimiyyah  mengatakan.  "Adapun  menjadikan kuburan para nabi  sebagai  tempat  perayaan  maka  ia  termasuk  salah  satu  hal  yang  diharamkan  Allah dan  Rasulullah  Saw.  Membiasakan  mendatangi  kuburan-kuburan  tersebut  pada  waktu tertentu dan mengadakan  pertemuan  umum di dekatnya  pada  waktu  tertentu  berarti menjadikannya  sebagai  tempat  perayaan  sebagaimana  telah  dijelaskan.  Dan  saya  tidak menemukan  para  ulama  berselisih  pendapat dalam masalah  ini.  Jangan  sampai  terpedaya oleh  banyaknya  tradisi-tradisi  negatif,  karena  menjadikan  kuburan  sebagai tempat perayaan  termasuk  meniru  sikap  ahlul  kitab  yang  telah  dikabarkan  Nabi  Saw  bahwa hal tersebut  akan  terjadi  pada  ummat  ini.  Iqtidllou  As-Shiraath  Al-Mustaqiim  hal  377  ) 

Aqidah  Pengarang

Apa  yang  disebutkan  oleh  Ibnu  Taimiyyah  di  atas, berkat karunia Allah,  sesungguhnya adalah  apa  yang  kami  yakini  dalam  masalah  ini.  Keyakinan  inilah  yang saya dakwahkan dan saya propagandakan  kepada semua orang dalam segala kesempatan dan acara.  Kami melarang  orang-orang  untuk  menjadikan  kuburan  Nabi  Saw,  jejak-jejak  peninggalan  para Nabi  dan  orang-orang  shalih  dan  masyaahid  sebagai  tempat perayaan dan kami  melarang mereka  untuk  mengkhususkan  tempat-tempat  itu  dengan  bentuk  ibadah  apapun yang tidak  boleh  ditujukan  kecuali  untuk  Allah  SWT.  Ini  adalah  keyakinan  kami  yang dengannya  kami  taat  kepada Allah.  Keyakinan  ini  bukan  muncul  hari  ini  atau  kemarin.

Tapi  keyakinan  khalaf  (generasi  pengganti)  dari salaf  (generasi  pendahulu)  dan  anak cucu  dari  leluhur,  berkat  karunia  Allah  SWT.  Kewajiban  kita  adalah  meresapi  beberapa pendapat  dan  uraian  ilmiah  yang  lembut  di  atas  yang  mengindikasikan  pemahaman  yang baik  dalam  mencicipi  ilmu,  tidak  tergesa-gesa  mengkafirkan  kaum  muslimin  atau memvonis mereka  sesat  dan bid`ah hanya karena  mereka mengamat-amati  jejak-jejak peninggalan  nabi dan menaruh perhatian  terhadap  maqaamat  (tempat-tempat  yang  pernah diajdikan  tempat  tinggal  nabi), masyaahid  tempat-tempat yang pernah dilewati /disinggahi  nabi),  dan  lokasi-lokasi  yang  dinisbatkan  kepada para  nabi  dan  orang-orang shalih, dan berprasangka  positif  terhadap  mereka  serta mengetahui  bahwa  maksud sesungguhnya  adalah  Allah  SWT.

Jejak-jejak  peninggalan  para  nabi,  maqaamat,  masyahid  dan  lokasi-lokasi  yang dinisbatkan kepada  para  nabi  dan  orang-orang  shalih seluruhnya  adalah  faktor penyebab dan media  yang  dapat  meningkatkan  keimanan  dalam hati, dan mengambil  pelajaran, mengingat-ingat  serta  menghubungkan  batin  dengan  mereka  yang  terlibat  dengan  hal-hal di  atas  dan  sejarah  mereka.  Mereka  adalah  teladan  yang  baik  untuk  manusia  di  samping dalam  mendatangi  hal-hal  diatas  terdapat  unsur  mengharap  akan  anugerah dan keberkahan  yang  turun  di  tempat-tempat  kebaikan  dan  tempat  sumbernya  hidayah.   Karena  lokasi-lokasi  yang  ditempati  oleh  orang-orang  baik  dan  shalih  akan  senantiasa menjadi tempat keridloan.

Sedangkan  lokasi-lokasi  yang  didiami  oleh  orang-orang  jahat dan  rusak  adalah  tempat  kemurkaan.  Karena  itu  Nabi Saw memerintahkan  para  sahabat untuk  tidak  memasuki  daerah  kaum  Tsamud  kecuali  dengan  menangis  dan  melarang minum  airnya.  Bahkan  beliau menyuruh  mereka  untuk  menumpahkan  air  yang telah mereka  ambil  dan  tidak  megkonsumsi  makanan  yang  dimasak  dengan  air  tersebut. Demikian  pula,  Nabi  menyuruh  mereka  untuk  berjalan  cepat  jika  memasuki  lembah Muhassir  yang  dikenal  dengan  lembah  api.  Kami  telah  membahas  secara  spesifik  tema  di atas  dalam  kajian  khusus berjudul mengharap  berkah  dengan  jejak-jejak  peninggalan Nabi  Saw.


Wallohu a'lam bishshowaab

۩ﷺ۩ اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الْبَرْكَۃَ وَالسَّلَامَۃَ لِبِلَادِ اِنْدُوْنِيْسِيَا ...۩ﷺ۩ *{الفاتحة}*
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

>>>Bersambung<<<

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post