FATWA SYAIKH MUHAMMAD IBN `ABDUL WAHHAB TENTANG KAMAR NABI MUHAMMAD SAW

FATWA SYAIKH MUHAMMAD IBN `ABDUL WAHHAB TENTANG KAMAR NABI SAW
Pembahasan ke-134

Sebagian kalangan yang terfitnah dan berperangai buruk menisbatkan sebuah ucapan kepada Syaikh Muhammad ibnu ‘Abdil Wahhab untuk mengeluarkan kamar Nabi Saw dari masjid Nabawi. Syaikh menolak  penisbatan ini dan tidak mau  bertanggung  jawab atas  ucapan  dan  orang  yang mengatakannya sebagaimana yang tertulis dalam risalah yang dia sampaikan kepada kalangan  akademik  dimana  dia  berkata,  “Jika  hal  ini  telah terang  maka  masalah-masalah  yang  mendapat kecaman dari  Sulaiman  ibnu  Suhaim diantaranya  ada  yang  merupakan  kebohongan  yang
jelas yaitu  ucapannya, “Sesungguhnya saya  menganggap sesat semua kitab madzhab  empat;  bahwa  manusia semenjak 600 tahun yang silam tidak menganut  agama  yang  benar; saya mengklaim mampu  berijtihad  dan  lepas  dari  taqlid;  perbedaan  para  ulama  adalah bencana;  saya mengkafirkan  orang  yang  melakukan  tawassul  dengan  orang-orang  shalih;  saya mengkafirkan Imam  Al-Bushiri  karena ucapannya : Wahai  makhluk  paling mulia; seandainya saya mampu meruntuhkan  kubah  Rasulullah  Saw  maka  saya akan melakukannya  dan  jika  mampu  mengambil  talang  Ka’bah  yang  terbuat dari emas  maka saya akan menggantinya  dengan  talang  kayu;  saya  mengharamkan  ziarah  ke  makam  Nabi Saw,  mengingkari  ziarah  ke  makam  kedua  orang  tua  dan  makam  orang  lain;  dan  saya mengkafirkan  orang  yang  bersumpah  engan  selain  Allah.  Jawaban  saya  atas  dua  belas persoalan  ini  adalah  dengan  firma  Allah  :

سُبۡحَٰنَكَ هَٰذَا بُهۡتَٰنٌ عَظِيمٞ

"Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar.”
Surat An-Nur, Ayat 16

Dikutip  dari  Ar-Rasaail  As-Syakhshiyyah  bagian  kelima  hlm.  63  dan  Ad-Durar  AlSaniyyah jilid  1  hlm.  52.

KUBAH HIJAU DALAM PANDANGAN SYAIKH MUHAMMAD IBN ABDUL WAHHAB

Adapun mengenai perihal kubah  hijau, maka  sebagian  kalangan  Wahhabi menisbatkan kepada Syaikh Muhammad  ibnu  Abdil  Wahhab  pendapat  untuk  menghilangkan  dan merobohkannya. Namun  ternyata Syaikh menolak keras pandapat ini  dan  lepas  tangan darinya. Dalam beberapa  bagian  dari risalah-risalahnya, Dia menampik pandangan ini. Dalam bagian pertama  dari  risalahnya  untuk  warga  Al-Qashim,  dia  berkata,  “Inilah aqidah  singkat  yang  saya  tulis  dalam  suasana  hati  yang  yang  kacau  agar  kalian  bisa melihat  pandangan  saya.  Kepada  Allah  saya  berserah  diri  atas  apa yang saya  ucapkan.”

Diantara  kebohongan  Sulaiman  adalah  :  bahwa saya menganggap  sesat  semua  kitab madzhab  empat;  bahwa  manusia  semenjak  600 tahun yang silam tidak menganut  agama yang  benar;  saya  mengklaim  mampu  berijtihad  dan  lepas  dari  taqlid;  perbedaan  para ulama  adalah  bencana  dan  saya  mengkafirkan  orang  yang  melakukan  tawassul  dengan orang-orang  shalih,  dan  saya  mengkafirkan  Imam  Al-Bushiri  karena  ucapannya  :  wahai makhluk  paling mulia; seandainya saya mampu meruntuhkan  kubah  Rasulullah  Saw maka  saya akan melakukannya  dan  jika  mampu mengmbil  talang  ka’bah  yang  terbuat dari emas maka saya akan menggantinya  dengan  talang  kayu;  saya  mengharamkan  ziarah ke  makam  Nabi  Saw  dan  mengingkari  ziarah ke  makam  kedua  orang  tua  dan  makam orang lain;  saya  mengkafirkan  orang  yang bersumpah dengan  selai  Allah,  mengkafirkan Ibnu  Faridl  dan  Ibnu  ‘Araby,  dan  bahwasanya  saya  membakar kitab  Dalailul Khairaat dan Raudlurrayaahin yang kemudian saya namakan  Raudlussyayaathiin.

Jawaban saya atas  tuduhan telah mengucapkan  perkataan-perkataan  di  atas adalah :  Maha Suci  Engkau,  ini  (apa  yang  dituduhkan Sulaiman) adalah  kebohongan yang  besar. Dikutip  dari  kumpulan  karya  Syaikh  Muhammad  ibnu  ‘Abdil  wahhab,  bagian  kelima, risalah  pertama  dari  Ar-Rasaail As-Syakhshiyyah  hlm.  12  dan  Ad-Durar  Al-Saniyyah  jilid 1  hlm.  28.

Bagian kedua dari suratnya  yang  ia  kirimkan  kepada  warga  Iraq  adalah  yang  dikirimkan kepada  As-Suwaidi salah seorang  ulama  Iraq.  As-Suwaidi  sebelumnya  mengirimkan buku  kepada  Syaikh  menanyakan  komentar  orang  terhadap  buku  tersebut.  Syaikh  pun menjawabnya  dengan  surat  di  atas  yang  di  dalamnya saat  menolak  ucapan yang dinisbatkan  kepadanya  dan  menegaskan  kebohongannya,  ia  berkata,  “Di  antara masalah-masalah  tersebut adalah  :  Menyebarkan kebohongan  adalah  salah  satu  yang  memalukan untuk  diceritakan  bagi  orang  yangberakal  apalagi  melakukannya;  apa  yang  kalian sebutkan  bahwa saya mengkafirkan  semua  orang  kecuali  pengikutku  dan  saya  menilai bahwa  pernikahan  mereka  tidak  sah.  Sungguh  aneh,  bagaimana  pandangan-pandangan semacam  ini  masuk  ke  dalam  akal  seseorang  yang  berakal.  Apakah  ada  orang  muslim, kafir,  orang  yang  pintar  atau  orang  gila  yang  mengatakannya?.

Demikian  pula  ucapan  mereka  bahwa  Syaikh  mengatakan  :  “Seandainya  saya  mampu menghancurkan  kubah  Nabi  Saw  maka  saya akan melakukannya.  Adapun  menyangkut Dalailul  Khairat  maka  ada  penyebabnya,  yaitu  saya  memberi  saran  kepada  salah  seorang teman  yang  menerima  nasehatku  agar  di  dalam  hatinya  jangan  sampai  kedudukan Dalailul  Khairat  lebih  agung  dari  Al  Qur’an  serta  menganggap  bahwa  membacanya  lebih utama  dari  pada  membaca  Al  Qur’an.  Adapun  perintah  untuk  membakar  Dalailul  Khairat dan  melarang  membaca  shalawat  untk  Nabi  dengan  menggunakan  ungkapan  apapun maka  hal  ini  adalah sebuah kebohongan.” (Kumpulan  karya  Syaikh  Muhammad  ibnu  ‘Abdil  Wahhab  bagian  kelima  dalam  ArRasaail  As-Syakhshiyyah  hlm.  37,  risalah  kelima  yang  tercantum  dalam  Ad-Durar  AlSaniyyah  jilid  1  hlm.  54).

Sikap Syaikh Muhammad  ibnu  ‘Abdil  Wahhab  ini  adalah  kebijaksanaan  da  kebenaran sesungguhnya.  Sikap  ini  adalah  siasat  syar’i  yang  wajib  menghiasi  perilaku  ulama,  para pembimbing,  dan  para  guru  dalam  menyuruh,  melarang,  memberi  petuah  dan  memberi petunjuk.

Almarhum  Syaikh  adalah  figur  yang  sangat  antusias  menepis  anggapan  para  pendusta dan  membantah  ucapan  penebar  fitnah  yang  menisbatkan  pandangan  negatif  kepadanya. Anda  bisa  melihat dalam  beberapa  kesempatan ia  menolak  pandangan-pandangan  negatif itu  karena  pentingnya  persoalan  ini  dan  karena  bisa  berdampak  buruk,  terjadi  fitnah  dan kejelekan  yang  bisa  menimbulkan  bencana  dan  malapetaka  yang  tidak  kita  inginkan. Lalu dimanakah posisi Syaikh  dari  orang  yang  ilmu  pengetahuan  itu  sempit  dalam  pandangan kedua  matanya  dan  tidak  menemukan  persoalan  yang  ia  tulis  atau  kajian  yang  ia persembahkan  kecuali  masalah  kubah  hijau.  Sungguh  betapa  sempitnya  akal  seseorang yang  batas  pengetahuannya  hanya  mencapai  merobohkan  kubah  hijau  dan betapa dungunya ilmu seseorang yang kajian di atas adalah hasilnya.

Kami memiliki kajian khusus menyangkut tema di atas dan memohon kepada Allah agar dimudahkan untuk menyelesaikannya dan menerbitkannya dengan pertolongan dan karunia-Nya.



_______________________________________________________________
MAFAHIM YAJIBU ANTUSOHHA ( Paham-paham Yang Harus Diluruskan )
Karya Imam  Ahlussunnah  Wal  Jamaah  Abad  21
Prof.  DR.  Sayyid  Muhammad  bin  Alwi  Al-Maliki  Al-Hasani

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post