Dzikir Merupakan Sebuah Upaya Pendekatan Diri

Dzikir Sebuah Upaya Pendekatan Diri

Dzikir dalam artian sederhana berarti mengingat, tentu saja yang dimaksudkan di sini adalah mengingat Allah swt. Secara umum, ada tiga cara untuk mengingat Allah, yaitu:

Dengan Pikir

Dengan Amal/Gerak

Dengan lisan

Dengan pikir, yaitu dengan cara melihat ayat-ayat Allah, baik dengan melihat ciptaan Allah berupa alam dan segala isinya, atau melihat diri sendiri. Untuk hal ini beberapa ayat al-Qur’an di bawah ini sudah mengisyaratkannya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (QS. al-Hijr : 77)

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang mengambil pelajaran. (QS al-Nahl: 10-13)
Lihat juga firman-Nya:


Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? . (QS. Al-Dzariyat :20-21)

Dzikir juga dapat dilakukan dengan amal seperti shalat. Shalat sendiri dalam al-Qur’an dikatakan sebagai media untuk mengingat Allah. Perhatikan ayat di bawah ini:

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
(QS. Toha :14)

Dzikir juga dapat dilakukan dengan lisan yaitu dengan menyucapkan lafaz atau kalimat tertentu. Metode dzikir inilah yang menjadi fokus bahasan dalam buku ini.

Ketiga metode dzikir di atas akan berdampak sama, meski dengan kadar yang berbeda. Ada yang merasa lebih dekat dengan Allah ketika sedang shalat, ada yang justru ketika berdzikir dengan ucapan tertentu. Ada juga yang dapat merasakan keberadaan Tuhan ketika melihat ciptaan-Nya, ketika sedang berada di atas gunung, atau di tengah laut, atau mengamati ciptaan Allah yang sangat beragam.

Ketiga metode ini meski sama-sama diperintahkan Allah, namun tidak bisa saling menggantikan. Sebagai contoh, orang yang asyik berdzikir lisan, tidak boleh meninggalkan shalat dengan alasan toh sama-sama mengingat Tuhan dan saya lebih nikmat dengan berdzikir daripada shalat. Orang yang dapat merasakan kebesaran Allah dengan melihat fenomena alam, tidak boleh meningalkan kewajiban shalat lima waktunya.

Pada puncaknya, ketiga-tiga metode ini dapat bersatu dalam diri seseorang. Ketika itu tercapai, maka tahapan keimanan seseorang pun akan meningkat. Ia bukan lagi berada pada tingkatan mukmin, akan tetapi menjadi mukmin, muslim, muhsin dan muttaqin. Potret ideal seperti inilah profil insan kamil, ia akan menjadi orang yang berguna bagi dirinya, keluarganya, masyarakat sekelilingnya, juga untuk ummat manusia, bahkan ia juga akan berguna bagi alam sekitar.

_____________________________________
40 Hadis Keutamaan Dzikir & Berdzikir
Abdurrahman bin Muhammad bin Ali al-Habsyi
Ahmad Lutfi Fathullah Mughni

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post