Menjawab Syubhat buatan wahabi Tentang Keberadaan Allah

Menjawab Syubhat buatan wahabi :

Ustad wahabi berkata :

"Bantahan kita terhadap mereka  kita bilang : sebutkan mana perkataan salaf yang mengatakan bahwasanya Allah tidak dilangit, Allah tidak di atas langit. Datangkan satu saja perkataan ulama salaf...."


Jawaban nya :

Ulama salaf menetapkan sifat fauqiyyah (arah atas) dan sifat Al uluw (tinggi) disertai mentafwidh maknanya, dan tidak terpikirkan di dalamnya makna istiqrar (menetap). Maka kami akan datang kan perkataan salaf yang menolak makna istiqrar atau perkataan salaf yang memberi isyarat pada penolakan makna istiqrar.
Al Imam Abu Hanifah berkata :
ﻗﻠﺖ ﺃﺭﺃﻳﺖ ﻟﻮ ﻗﻴﻞ ﺃﻳﻦ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻘﺎﻝ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻛﺎﻥ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻻ ﻣﻜﺎﻥ ﻗﺒﻞ اﻥ ﻳﺨﻠﻖ اﻟﺨﻠﻖ ﻭﻛﺎﻥ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺃﻳﻦ ﻭﻻ ﺧﻠﻖ ﻛﻞ ﺷﻲء ﻭﻫﻮ ﺧﺎﻟﻖ ﻛﻞ ﺷﻲء
Aku berkata : Apakah kamu tidak tahu, jika dikatakan dimana Allah Ta'ala (sekarang). Maka seseorang berkata, dikatakan padanya Allah Ta'ala ada dan tidak ada tempat sebelum mahluk diciptakan, Allah ta'ala ada dan tidak ada pertanyaan dimana, dan tidak ada segala sesuatu, dan dialah sang pencipta segala sesuatu.

Kitab Al Fiqhul Akbar. Al Imam Abu Hanifah.

Imam Abu Hanifah menjawab pertanyaan dimana Allah dengan jawaban keadaan Allah sebelum mahluk diciptakan karena beliau mewajibkan mensifati Allah dengan sifat azaliyyah. Dan sifat "berada di atas Arsy" jelas sekali bukan sifat azaliyyah. Imam Abu Hanifah berkata :
صفات الله أزلية
Sifat-sifat Allah azaliyyah.

Kitab Al Fiqhul Akbar. Al Imam Abu Hanifah.

Kemudian Imam Abu Hanifah mensucikan Allah dari jarak dengan perkataannya :
ولا يكون بينه وبين خلقه مسافة
Tidak ada jarak diantara Allah dengan mahluknya.

Kitab Al Fiqhul Akbar. Al Imam Abu Hanifah.

Yang demikian sama dengan yang dikatakan oleh Imam Nawawi :
والله تعالى منزه عن المسافة
Dan Allah Ta'ala adalah yang disucikan dari jarak.

Kitab Al Minhaj Syarh Sohih Muslim. Imam Nawawi.

Maka di dalam keyakinan Abu Hanifah Radhiallahu 'anhu sama sekali tidak terpikirkan makna Allah menetap di atas Arsy sekalipun beliau menetapkan  arah atas bagi Allah, karena menetap di atas Arsy mewajibkan adanya jarak antara Allah dengan manusia di bumi.

Kemudian perkataan Imam Ahmad bin Hanbal :
ربنا على عرشه بلا حد
Rabb kami di atas Arsy Nya dengan tidak ada batasan.

Kitab Al Uluw lil Aliyyil Goffar. Al Imam Al Hafidz Adz Dzahabi.

Perkataan Imam Ahmad bin Hanbal sangat jelas sekali, bahwa beliau menetapkan arah atas bagi Allah Ta'ala tanpa terpikirkan di dalam hatinya makna Allah menetap di atas Arsy, karena menetap di atas Arsy mewajibkan adanya batasan. Yaitu batas bawah, batasan antara Allah dengan Arsy yang berada di bawah.
Maka dari itu Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan tidak ada makna bagi sifat yang beliau tetapkan. Imam Ahmad bin Hanbal berkata :
نؤمن بها ونصدق بها ولا كيف ولا معنى
Kami beriman dengannya dan kami membenarkannya, dan tidak ada kaif, dan tidak ada makna.

Kitab As Sunnah riwayat Al Kholal.

Imam Baihaqi meriwayatkan dari ulama salaf Al Imam Al Faro, bahwa arah atas adalah ungkapan bagi segala sesuatu yang menguasai sesuatu.
ﺃﺧﺒﺮﻧﺎ ﺃﺑﻮ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﻤﺮﻭ، ﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ اﻟﻌﺒﺎﺱ اﻷﺻﻢ، ﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﺠﻬﻢ، ﺛﻨﺎ اﻟﻔﺮاء، ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ {ﻭﻫﻮ اﻟﻘﺎﻫﺮ ﻓﻮﻕ ﻋﺒﺎﺩﻩ} [ اﻷﻧﻌﺎﻡ: 18]
ﻗﺎﻝ: ﻛﻞ ﺷﻲء ﻗﻬﺮ ﺷﻴﺌﺎ ﻓﻬﻮ ﻣﺴﺘﻌﻞ ﻋﻠﻴﻪ
Telah mengabarkan kepada kami Abu Sa'id bin Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Abu Al 'Abbas Al Ashom, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Jahm, telah menceritakan kepada kami Al Faro, tentang firman Allah : Dan dialah yang menguasai di atas hamba-hambanya. Imam Al Faro berkata : Segala sesuatu menguasai sesuatu maka dia (diungkapkan) yang tinggi di atasnya.

Kitab Al Asma Wa Sifat. Imam Baihaqiy.

Imam Baihaqi meriwayatkan dari ulama salaf Abu Sulaiman Al Khathabiy bahwa ayat sifat adalah ayat mutasyabihat yang diketahui dzohirnya (lafadz yang nampak), tapi tidak diketahui bathin nya (makna yang tidak nampak).
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻣﻌﺎﻟﻢ اﻟﺴﻨﻦ: ﻭﻫﺬا ﻣﻦ اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺬﻱ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﺃﻥ ﻧﺆﻣﻦ ﺑﻈﺎﻫﺮﻩ، ﻭﺃﻥ ﻻ ﻧﻜﺸﻒ ﻋﻦ ﺑﺎﻃﻨﻪ، ﻭﻫﻮ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ اﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻪ اﻟﺬﻱ ﺫﻛﺮﻩ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻓﻘﺎﻝ: {ﻫﻮ اﻟﺬﻱ ﺃﻧﺰﻝ ﻋﻠﻴﻚ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﻣﻨﻪ ﺁﻳﺎﺕ ﻣﺤﻜﻤﺎﺕ ﻫﻦ ﺃﻡ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺃﺧﺮ ﻣﺘﺸﺎﺑﻬﺎﺕ} [ ﺁﻝ ﻋﻤﺮاﻥ: 7] اﻵﻳﺔ ﻓﺎﻟﻤﺤﻜﻢ ﻣﻨﻪ ﻳﻘﻊ ﺑﻪ اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺤﻘﻴﻘﻲ ﻭاﻟﻌﻤﻞ، ﻭاﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻪ ﻳﻘﻊ ﺑﻪ اﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭاﻟﻌﻠﻢ اﻟﻈﺎﻫﺮ، ﻭﻳﻮﻛﻞ ﺑﺎﻃﻨﻪ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ، ﻭﻫﻮ ﻣﻌﻨﻰ ﻗﻮﻟﻪ: {ﻭﻣﺎ ﻳﻌﻠﻢ ﺗﺄﻭﻳﻠﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ} [ ﺁﻝ ﻋﻤﺮاﻥ: 7] ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺣﻆ اﻟﺮاﺳﺨﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻟﻮا ﺁﻣﻨﺎ ﺑﻪ ﻛﻞ ﻣﻦ ﻋﻨﺪ ﺭﺑﻨﺎ.
Abu Sulaiman Rahimahullah berkata di dalam kitab Ma'alim As Sunan : Dan ini adalah sebagian dari ilmu yang mana kami diperintahkan beriman dengan dzohirnya (lafadz yang nampak), dan kami tidak menyingkap batinnya (maknanya), dan yang demikian adalah sebagian dari jumlah ayat mutasyabihat yang Allah Ta'ala firmankan di dalam kitab Nya, Allah Ta'ala berfirman : Dia lah Allah yang telah menurunkan kepada mu kitab (Al Qur'an), sebagian darinya ayat-ayat muhkamat, yang demikian adalah induk kitab, dan yang lainnya ayat-ayat mutasyabihat. (Ali 'Imron. ayat 7). Ayat muhkam, darinya bisa diketahui makna hakiki dan amal, sedangkan ayat mutasyabih, darinya kita bisa beriman dan hanya mengetahui yang nampak (lafadznya), dan menyerahkan yang tidak nampaknya (maknanya) kepada Allah 'Azza wa jalla. Dan yang demikian adalah makna firman Nya : Dan tidak ada yang tahu penjelasan maknanya kecuali Allah. Dan pastinya kebaikan orang-orang yang teguh di dalam ilmu, bahwasanya mereka berkata : Kami beriman dengannya, semuanya dari Rabb kami.

Kitab Al Asma Wa Sifat. Imam Baihaqiy.

Justru faktanya adalah tidak ada satupun ulama salaf yang menjelaskan makna arah atas yang disifatkan kepada Allah dengan makna istiqrar (اسنقرار).
Makna istiqrar hanya datang dari para perawi dusta dan orang-orang mujasssimah. Sebagaimana yang dikatakan Adz Dzahabi :
ﻗَﺎﻝَ اﻹِﻣَﺎﻡ ﻣﺤﻴﻲ اﻟﺴّﻨﺔ ﺃَﺑُﻮ ﻣُﺤَﻤَّﺪ اﻟْﺤُﺴَﻴْﻦ ﺑﻦ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩ اﻟْﺒَﻐَﻮِﻱّ اﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲ ﺻَﺎﺣﺐ ﻣﻌﺎﻟﻢ اﻟﺘَّﻨْﺰِﻳﻞ ﻋِﻨْﺪ ﻗَﻮْﻟﻪ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ {ﺛُﻢَّ اﺳْﺘَﻮَﻯ ﻋﻠﻰ اﻟْﻌَﺮْﺵ} ﻗَﺎﻝَ اﻟْﻜَﻠْﺒِﻲّ ﻭَﻣُﻘَﺎﺗِﻞ اﺳﺘﻘﺮ
Telah berkata : Al Imam penghidup sunnah Muhammad Al Husaun bin Mas'ud Al Baghowiy Asy Syafi'iy, pengarang kitab Ma'alim At Tanzil €tentang firman Allah Ta'ala : Kemudian Allah Istawa di atas Arsy. Berkata Al Kalbiy dan Muqotil : Istaqarra.

Kitab Al 'Uluw Lil 'Aliyyil Goffar. Al Imam Al Hafidz Adz Dzahabi.

Al Kalbiy adalah perawi yang dihukumi pendusta oleh para ahli hadits, dan Muqotil adalah Imamnya golongan Al Muqotiliyyah, yaitu golongan mujassimah yang menyatakan bahwa Allah adalah jisim.
Kemudian makna istaqarra juga datang dari golongan karomiyyah :
ﻭﻣﺤﻤﺪُ ﺑﻦُ ﻛَﺮَّاﻡٍ، ﻛﺸَﺪَّاﺩٍ: ﺇﻣﺎﻡ اﻟﻜَﺮَّاﻣﻴَّﺔِ اﻟﻘﺎﺋﻞُ ﺑﺄﻥَّ ﻣَﻌْﺒﻮﺩَﻩُ ﻣﺴﺘﻘﺮ ﻋﻠﻰ اﻟﻌَﺮْﺵِ، ﻭﺃﻧﻪ ﺟَﻮْﻫَﺮٌ، ﺗﻌﺎﻟﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ.
Muhammad bin Karram, seperti lafadz Syaddad adalah Imam Golongan Al Karraamiyyah  yang berkata bahwa yang disembahnya adalah yang menetap di atas Arsy, dan sesungguhnya dia adalah permata, maha suci Allah dari yang demikian itu.

Kitab Al Muhith. Syaikh Abu Thohir Muhammad bin Ya'qub Al Fairuz Abadiy.

Kemudian makna istaqarra dari Ibnu Qutaibah yang dinukil oleh Ibnu Abdil Barr, akan tetapi keduanya mensucikan Allah dari tanda jisim sehingga keduanya mentakwil hadits nuzul, sebagaimana yang dikatakan oleh Al Imam Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hambali :
ﻭﻫﺬا ﻧﻮﻉ ﻣﻦ اﻟﺘﺄﻭﻳﻞ ﻷﺣﺎﺩﻳﺚ اﻟﺼﻔﺎﺕ.
ﻭﻗﺪ ﻣﺎﻝ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ اﻟﻨﺰﻭﻝ ﺧﺎﺻﺔ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺤﺪﻳﺚ، ﻣﻦﻫﻢ: اﺑﻦ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﻭاﻟﺨﻄﺎﺑﻲ ﻭاﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺒﺮ.
Dan ini adalah semacam takwil bagi hadits-hadits sifat. Dan telah condong kepadanya sekelompok ahli hadits khusus didalam hadits nuzul. Sebagian dari mereka adalah : Ibnu Qutaibah, Al Khathabiy, dan Ibnu 'Abdil Barr.

Kitab Fathul Baari. Ibnu Rajab Al Hambali.

Selain itu, tidak pernah dinukil penjelasan dari para ulama salaf dan para sahabat yang menjelaskan makna istawa adalah istaqarra.

Kajian ilmiah Aswaja. Majelis Ta'lim At Tahdzib.

Sebarkan di FB, IG, dan grup WA tetangga, agar umat muslim tidak terjerumus akidah sesat wahabi.

Khusus Ikhwan dapat bergabung dengan pengajian kami :
https://chat.whatsapp.com/EMeqTf9cA6gESdmUnX9zH7

Post a Comment

Previous Post Next Post