TERJEMAH KASYIFATUSSAJA Syarah Safinatun Naja (Pembahasan ke-162)

Karya Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Al-Bantani Assyafii

Diterjemahkan oleh :

Zaenal Arifin Yahya


Pembahasan ke-162

فخرج الكافر فلا يمنع من القراءة لعدم اعتقاده الحرمة وإن عوقب عليها. الرابع كونه مكلفا فخرج الصبي والجنون. الخامس كون ما أتی به قرآنا حيث قال قراءة القرآن. فخرج التوراة والإنجيل ومنسوخ التلاوة ولو بقى حكه كآية الرجم وهي الشيخ والشيخة إذا زنيا فارجموهما ألبتة نكالا من الله والله عزيز حكيم. والسادس القصد للقراءة وحدها أو مع الذكر أو القصد لواحد لا بعينه فإن قرأ آية للإحتجاج بها حرم وإن قصد الذكر أو أطلق. كأن جرى القرآن على لسانه من غير قصد لواحد منهما فلا يحرم. فإنه لا يسمی قرآنا عند الصارف إلا بالقصد

وأما عند عدم الصارف فیسمی قرأنا ولو بلا قصد

Maka tidak termasuk [dalam ketentuan itu], orang kafir, maka ia tidak terlarang untuk membaca Al-Qur'an [dalam keadaan junub], karena ketidak-percayaannya mengenai keharaman hal itu, meskipun [kelak] ia akan di siksa atas hal itu. 

Ke empat, keadaan si pembaca berstatus mukallaf, maka tidak termasuk [dalam ketentuan itu]. anak kecil dan orang gila. 

Ke lima, adanya sesuatu yang dibaca olehnya berupa Al-Qur'an, sekiranya seseorang berkata: "Itu bacaan AI-Qur'an". 

Maka tidak termasuk [kategori Al-Quran], kitab Taurat, Injil, dan ayat [Al-Quran] yang telah dihapus bacaannya, walaupun masih tetap berlaku hukumnya, seperti ayat rajam. 

Ayat rajam tersebut adalah Laki-laki tua dan wanita tua apabila keduanya berzina, maka rajamlah keduanya, secara pasti, sebagai peringatan [bagi yang belum melakukan] dari Allah. Dan Allah, Zat Maha Agung lagi Maha Bijaksana".

[Syarat] yang keenam, menyengaja untuk membaca [Al-Quran] saja, atau disertai dengan [niat] ber-dzikir atau menyengaja kepada salah satu, tanpa menentukannya [antara membaca Al-Quran atau ber-dzikir]. 

Lalu jika orang yang junub membaca satu ayat untuk ber-hujjah dengannya, maka diharamkan, meskipun ia bermaksud ber-dzikir atau memutlakannya, seperti ia mengalirkan begitu saja bacaan Al-Qur'an melalui lidahnya, tanpa bermaksud pada salah satu dari keduanya [membaca atau ber-dzikir], maka hal itu tidak diharamkan, 

karena sesungguhnya [pembacaan] itu tidak dinamakan sebagai Al-Qur'an, ketika ada sesuatu pemaling, kecuali dengan bermaksud [membaca Al-Quran]. 

Adapun ketika tidak ada pemaling, maka hal itu dinamakan sebagai [pembacaan] Al-Qur'an, walaupun tanpa bermaksud apapun.


0/Post a Comment/Comments

أحدث أقدم