Ngaji Kitab Aqidatul Awam (2)


قال المؤلف رحمه الله تعالى:

فالحمد لله القديم الأول # الآخر الباقي بلا تحول

"Segala puji bagi Allah yang adanya tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, yang abadi dengan tanpa ada perubahan"


Penjelasan


Setelah membaca basmalah, as Syaikh Ahmad al Marzuki mengiringinya dengan membaca hamdalah.


Hamdalah atau yang juga disebut tahmid berbunyi الحمد لله.


Maknanya:

الثناء باللسان على الجميل الاختياري

 "Pujian dengan lisan terhadap al jamiil al ikhtiyariy, yakni nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya, yang bukan merupakan kewajiban bagi-Nya. 


Perhatian:


Dalam akidah Aswaja, memberi nikmat kepada makhluk bukan merupakan kewajiban bagi Allah, karena tidak ada sesuatu yang wajib bagi Allah. Memberi nikmat kepada makhluk adalah fadl (karunia) Allah.


Aqidah ini berbeda dengan Aqidah Mu'tazilah yang meyakini bahwa Allah wajib memberi yang terbaik untuk makhluk-Nya.


Nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada manusia sangat banyak, tidak terhitung jumlahnya.


- Allah ta'ala berfirman:

وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَاۤۗ

[Surat An-Nahl 18]

"Apabila kalian menghitung-hitung nikmat Allah maka kalian tidak akan bisa menghitungnya (karena banyaknya)"


Wajib bagi seorang muslim mensyukuri nikmat-nikmat tersebut. 


Bersyukur ada dua macam:


1. Bersyukur yang hukumnya wajib, yaitu tidak menggunakan nikmat yang Allah berikan kepada kita dalam kemaksiatan seperti tidak menggunakan tanggan untuk mencuri, uang untuk berjudi, dan lisan untuk mencaci.


2. Bersyukur yang hukumnya sunnah, yaitu memuji Allah dengan lisan dengan mengucapkan hamdalah dan semisalnya.


As Syaikh al Marzuki menyebutkan beberapa nama Allah, yaitu:


- al Qadim al Awwal, dua nama Allah ini memiliki makna yang sama, yaitu Dzat yang adanya tanpa ada permulaannya.


- Karena sesuatu yang berpermulaan pasti ada yang menjadikannya dari tidak ada menjadi ada. Dan sesuatu yang seperti itu disebut makhluk. Padahal Allah adalah al Khaaliq (Pencipta), bukan makhluk (yang diciptakan).


Al Akhiru al Baaqii, dua nama Allah ini memiliki makna yang sama, yaitu Dzat yang adanya tanpa berpenghabisan, abadi tidak akan punah.


Karena secara akal, sesuatu yang tidak berpermulaan pasti tidak berpenghabisan, Allah adanya tanpa permulaan maka adanya Allah juga tidak berpenghabisan.


Allah ta'ala berfirman:

هُوَ ٱلۡأَوَّلُ وَٱلۡـَٔاخِرُ 

[Surat Al-Hadid 3]

"Dia Allah adalah Dzat yang adanya tanpa permulaan dan tanpa penghabisan".


Selanjutnya as Syaikh Ahmad al Marzuki menegaskan bahwa Allah abadi, tanpa ada perubahan.


Karena berubah adalah tanda terbesar dari makhluk. Setiap yang berubah membutuhkan pada yang merubahnya, dan sesuatu yang membutuhkan pada yang lain adalah lemah, dan sesuatu yang lemah adalah makhluk. 


والله أعلم بالصواب

0/Post a Comment/Comments

أحدث أقدم