TAWASSUL DENGAN FIGUR SELAIN NABI SAW
Dari ‘Utbah ibn Ghazwan dari Nabi SAW, beliau berkata :
“Jika salah satu dari kalian kehilangan sesuatu atau mengharapkan pertolongan pada saat ia berada di tempat tak berpenghuni, maka bacalah : “Wahai para hamba Allah, berilah aku pertolongan.” Karena Allah memiliki para hamba yang kalian tidak mampu melihatnya.” Bacaan ini telah dibuktikan mujarab. Hadits ini diriwayatkan oleh AtThabarani. Para perawinya dikategorikan dapat dipercaya hanya saja ada sebagian dianggap lemah. Namun Yazid ibn ‘Ali tidak pernah berjumpa dengan ‘Utbah.
Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Dari ‘Utbah ibn Ghazwan dari Nabi SAW, beliau berkata :
“Jika salah satu dari kalian kehilangan sesuatu atau mengharapkan pertolongan pada saat ia berada di tempat tak berpenghuni, maka bacalah : “Wahai para hamba Allah, berilah aku pertolongan.” Karena Allah memiliki para hamba yang kalian tidak mampu melihatnya.” Bacaan ini telah dibuktikan mujarab. Hadits ini diriwayatkan oleh AtThabarani. Para perawinya dikategorikan dapat dipercaya hanya saja ada sebagian dianggap lemah. Namun Yazid ibn ‘Ali tidak pernah berjumpa dengan ‘Utbah.
Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang bertugas mencatat daun yang jatuh dari pohon. Jika salah seorang dari kalian mengalami kepincangan di padang pasir maka berserulah : "Bantulah aku, wahai para hamba Allah.” Hadits ini diriwayatkan oleh At-Thabarani dan para perawinya dapat dipercaya.
Dari Abdullah ibn Mas’ud, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abdullah ibn Mas’ud, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :
“Jika binatang tunggangan kamu lepas di padang sahara, maka berteriaklah : Wahai para hamba Allah tangkaplah, wahai para hamba Allah tangkaplah!, karena ada malaikat Allah di bumi yang akan menangkapnya.” HR Abu Ya’la dan At-Thabarani yang memberikan tambahan :“Malaikat itu akan menangkapnya untuk kalian.” Dalam hadits ini ada Ma’ruf ibn Hassan yang statusnya lemah. (Majma’ Az-Zawaaid wa Manba’ul Fawaaid karya Al-Hafidh ibn ‘Ali ibn Abi Bakr Al-Haitsami Jilid X hlm. 132).
Ini juga termasuk tawassul dengan cara memanggil.Terdapat keterangan bahwa Nabi SAW setelah dua rakaat fajar membaca :
“Ya Allah, Tuhan Jibril, Israfil, Mikail, dan Muhammad, saya berlindung kepada-Mu dari api neraka.” An-Nawawi dalam Al-Adzkar mengatakan, “Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu AsSunni . Setelah melakukan takhrij, Al-Hafidh mengatakan, “Hadits ini adalah hadits hasan.” (Syarhul Adzkaar karya Ibnu ‘Ilaan jilid 2 hlm 139). Penyebutan secara khusus Jibril, Israfil, Mikail dan Muhammad mengandung arti tawassul dengan mereka. Seolaholah Nabi berkata, "Ya Allah, aku bertawassul kepada-Mu dengan Jibril dan seterusnya…."Ibnu ‘Ilan telah mengisyaratkan hal ini dalam Syarh Al-Adzkaar. “Tawassul kepada Allah dengan sifat ketuhanan-Nya, terhadap ruh-ruh yang agung,” katanya. Ibnu ‘Ilan dalam Syarh Al-Adzkaar jilid 2 hlm. 29 menegaskan disyari’atkannya tawassul. Ia menyatakan seraya menta’liq hadits Allaahumma Innii As’aluka bi Haqqissaailin, “Hadits ini mengandung tawassul dengan kemuliaan orang-orang baik secara umum dari para pemohon / suka berdoa. Disamakan dengan mereka adalah para Nabi dan rasul dalam kadar yang lebih.
_________________________________________________
Ini juga termasuk tawassul dengan cara memanggil.Terdapat keterangan bahwa Nabi SAW setelah dua rakaat fajar membaca :
“Ya Allah, Tuhan Jibril, Israfil, Mikail, dan Muhammad, saya berlindung kepada-Mu dari api neraka.” An-Nawawi dalam Al-Adzkar mengatakan, “Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu AsSunni . Setelah melakukan takhrij, Al-Hafidh mengatakan, “Hadits ini adalah hadits hasan.” (Syarhul Adzkaar karya Ibnu ‘Ilaan jilid 2 hlm 139). Penyebutan secara khusus Jibril, Israfil, Mikail dan Muhammad mengandung arti tawassul dengan mereka. Seolaholah Nabi berkata, "Ya Allah, aku bertawassul kepada-Mu dengan Jibril dan seterusnya…."Ibnu ‘Ilan telah mengisyaratkan hal ini dalam Syarh Al-Adzkaar. “Tawassul kepada Allah dengan sifat ketuhanan-Nya, terhadap ruh-ruh yang agung,” katanya. Ibnu ‘Ilan dalam Syarh Al-Adzkaar jilid 2 hlm. 29 menegaskan disyari’atkannya tawassul. Ia menyatakan seraya menta’liq hadits Allaahumma Innii As’aluka bi Haqqissaailin, “Hadits ini mengandung tawassul dengan kemuliaan orang-orang baik secara umum dari para pemohon / suka berdoa. Disamakan dengan mereka adalah para Nabi dan rasul dalam kadar yang lebih.
_________________________________________________
MAFAHIM YAJIBU ANTUSOHHA ( Paham-paham Yang Haris Diluruskan )
Karya Imam Ahlussunnah Wal Jamaah Abad 21
Prof. DR. Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
إرسال تعليق